Penjualan kondominium diprediksi bakal lebih menggeliat pada semester II-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan properti diproyeksikan akan lebih baik usai hiruk pikuk Pilpres dan Pileg. Tak heran bila beberapa emiten properti sudah bersiap jualan lebih agresif lagi di semester II. Tidak hanya landed houses, penjualan kondominium digadang-gadang juga akan bertumbuh.

Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) menjelaskan bahwa kondisi di semester I untuk penjualan kondominium maupaun apartemen cukup berat. Kendati pelanggan dan investor wait and see, namun di kuartal I tercatat 29,5% atau Rp 75 miliar pendapatan DILD berasal dari penjualan kondominium.

"Kami optimistis pasar kondominium akan berangsur-angsur membaik di semester II tahun ini. Kebijakan fiskal yang diterbitkan pemerintah sebagai insentif pemulihan industri properti diharapkan menjadi pertumbuhan sektoran," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (1/7)


Manajemen telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi pertumbuhan salah satunya menggenjot pemasaran produk-produk di segmen middle-up. Fokus penjualan produk existing, khususnya penjualan stok atau inventory, selain itu juga memberikan promo uang muka maupun cicilan dan perluasan target pasar.

Untuk penjualan kondominium, manajemen mengandalkan penjualan 9 proyek kondominium yang tersebar di Jakarta dan Surabaya. Diantaranya adalah 1Park Avenue, South Quarter, Aeropolis, Fifty Seven Promenade dan Regatta yang terletak di Jakarta.

Selain itu ada juga di kawasan Surabaya yakni The Rosebay, Graha Golf, Sumatra 36 dan Praxis. Perusahaan ini  juga tengah menyiapkan sejumlah proyek baru tahun ini, namun hal ini masih perlu memperhatikan kondisi dan daya serap pasar terlebih dahulu.

"Kami perlu memperhitungkan aspek resikonya, mengingat pengembangan high rise memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan produk perumahan atau landed houses," lanjutnya.

Senada, R. Iskandar Hidayat, Sekretaris Perusahaan PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) menyampaikan bahwa di semester II ini perusahaan masih fokus menggenjot penjualan villa dan condominium hotel miliknya. Harapannya penjualan di semester II akan lebih baik ketimbang periode pertama.

"Memang dari 2018 semua properti itu mengalami perlambatan sampai semester I tahun 2019, tetapi kami tetap berusaha walaupun kondisinya tidak kondusif dan tetap berusaha jualan untuk satuan unit atau gelondongan," ujarnya.? ? Sampai Mei, residensial villa milik ICON masih tersisa sekitar 12% yang belum terjual, sedangkan untuk Kondotel masih tersedia 70%. Manajemen mengaku belum akan merilis proyek baru sebelum proyek di Jimbaran tersebut terjual ludes.

"Masih jualan villa dan kondotel, saat ini saya belum tau aktual penjualan untuk semester I tetapi secara proyeksi penjualan kondotel di semester II mudah-mudahan lebih baik," lanjutnya.

Panangian Simanungkalit, Pengamat Properti dari Panangian School of Property menjelaskan pertumbuhan penjualan kondominium akan di-drive oleh milenials. Oleh karena itu, harga kondominium di bawah Rp 1 miliar masih akan jadi primadona.

Sepanjang semester I, kendati pasar bergejolak dengan pemilu nyatanya pertumbuhan KPR mencapai 13,8% ketimbang tahun sebelumnya. Wajar bila pengembang properti lebih optimistis di semester kedua ini sebab saat ini perlahan-lahan industri properti mulai membaik.

"Pertumbuhan KPR akan sampai 15% itu signifikan, tetapi itu baru terjadi apabila BI Rate diturunkan. Ekspektasi pasar akan rebound di semester II ini cukup besar dan akan lebih baik lagi di tahun 2020," ujarnya.

Ia menyatakan 75% permintaan kondominium berasal dari milenials, pasangan muda hingga first jobber. Oleh karena itu, dengan melihat besarnya demand di segmen tersebut maka kondominium yang di bawah Rp 1 miliar masih akan membaik permintaannya.

"Investor kan butuh sinyal dari ekonomi makro, kalau BI Rate turun maka KPR ikut turun baru mereka masuk. Kalau yang ada di pasar sekarang ini kan end user seperti pasangan yang baru menikah, milenial dan first jobber yang daya beli terbatas," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .