JAKARTA. Akibat penurunan penjualan lahan, kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) ikut menyempit. Alhasil, pada kuartal I tahun ini, unit bisnis propertinya meredup hingga perolehan laba bersih SSIA pun menurun 14%.Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (13/5), SSIA meraup pendapatan Rp 1,1 triliun di kuartal I tahun ini, naik 24,58% dari setahun lalu yang sebesar Rp 883 miliar. Namun, laba bersih SSIA terpangkas 14% menjadi Rp 200,3 miliar, dibandingkan Rp 222,7 miliar setahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan lahan industri yang merosot. Di saat yang sama, SSIA menanggung kenaikan bunga konsolidasi perusahaan terkait pengeluaran obligasi SSIA pada Oktober 2012. Tak hanya itu, kinerja unit usaha properti SSIA meredup. Pada kuartal I 2012, unit ini membukukan pendapatan Rp 335,9 miliar. Tapi pada kuartal I tahun ini, pendapatan unit itu mengecil 16% menjadi Rp 289,7 miliar. Ini akibat lahan SSIA yang dijual semakin terbatas. Kuartal I 2013, manajemen hanya mampu menjual lahan seluas 28,8 hektare dengan harga US$ 103,5 per meter persegi. Padahal periode sebelumnya, SSIA mampu menjual lahan seluas 43,5 hektare dengan harga US$ 84,4 per meter persegi. Untungnya, SSIA masih mampu mencatat penjualan positif lantaran harga jual tanah naik.Divisi bisnis properti SSIA yang lain juga ikut mencatat tren penurunan. Seperti divisi kawasan industri dan sewa gedung misalnya. Untuk divisi ini, SSIA hanya mampu meraup pendapatan Rp 327,2 miliar, turun 11% dibanding periode sebelumnya, sebesar Rp 369,4 miliar.
Penjualan lahan turun, laba bersih SSIA turun 14%
JAKARTA. Akibat penurunan penjualan lahan, kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) ikut menyempit. Alhasil, pada kuartal I tahun ini, unit bisnis propertinya meredup hingga perolehan laba bersih SSIA pun menurun 14%.Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (13/5), SSIA meraup pendapatan Rp 1,1 triliun di kuartal I tahun ini, naik 24,58% dari setahun lalu yang sebesar Rp 883 miliar. Namun, laba bersih SSIA terpangkas 14% menjadi Rp 200,3 miliar, dibandingkan Rp 222,7 miliar setahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan lahan industri yang merosot. Di saat yang sama, SSIA menanggung kenaikan bunga konsolidasi perusahaan terkait pengeluaran obligasi SSIA pada Oktober 2012. Tak hanya itu, kinerja unit usaha properti SSIA meredup. Pada kuartal I 2012, unit ini membukukan pendapatan Rp 335,9 miliar. Tapi pada kuartal I tahun ini, pendapatan unit itu mengecil 16% menjadi Rp 289,7 miliar. Ini akibat lahan SSIA yang dijual semakin terbatas. Kuartal I 2013, manajemen hanya mampu menjual lahan seluas 28,8 hektare dengan harga US$ 103,5 per meter persegi. Padahal periode sebelumnya, SSIA mampu menjual lahan seluas 43,5 hektare dengan harga US$ 84,4 per meter persegi. Untungnya, SSIA masih mampu mencatat penjualan positif lantaran harga jual tanah naik.Divisi bisnis properti SSIA yang lain juga ikut mencatat tren penurunan. Seperti divisi kawasan industri dan sewa gedung misalnya. Untuk divisi ini, SSIA hanya mampu meraup pendapatan Rp 327,2 miliar, turun 11% dibanding periode sebelumnya, sebesar Rp 369,4 miliar.