Penjualan LCGC diramal merosot, Toyota: Perusahaan finance takut NPL tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Toyota Indonesia memproyeksi, penjualan mobil di segmen low cost green car (LCGC) sepanjang tahun 2018 akan mengalami penurunan 5%-8%. Alasannya, perusahaan pembiayaan yang memberi kredit ke segmen menengah bawah ini tidak mau mengalami kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

“Perusahaan tidak mau NPL-nya tinggi. Bisa cek apa yang dikatakan Presiden Jokowi bahwa pertumbuhan kredit dari perusahaan keuangan hanya mencapai 3%-4%. Padahal mereka menargetkan 9%-12%,” kata Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Astra Toyota Motor kepada Kontan.co.id, Rabu (21/3).

Fransiscus menyebut, ketidakpercayaan perusahaan finance memberi kredit ke segmen menengah bawah sudah terjadi tahun lalu dan akan berlangsung hingga 2018. Padahal, Toyota memberikan porsi penjualan kredit cukup besar yaitu 60% dan sisanya penjualan secara cash.


“Tahun ini, kita hanya terjebak oleh masalah NPL dari perusahaan keuangan saja,” kata dia.

Sebenarnya, perusahaan finance cukup selektif memilih debitur yang bisa membayar uang muka sekitar 10% dan tidak punya kredit macet di Bank Indonesia. Tapi kenyataan di lapangan, uang muka dinaikkan menjadi lebih dari 10% sehingga membuat peminat mobil LCGC merosot.

“Kemampuan pelanggan membayar uang muka 10%, tapi perusahaan finance takut menghadapi resiko tinggi jika mereka tidak bayar dan mobilnya ditarik, maka dinaikanlah,” ujarnya.

Demi mengantisipasi penurunan penjualan, Toyota Indonesia tidak tinggal diam saja. Salah satu strateginya adalah meyakinkan perusahaan finance bahwa debitur tersebut terpercaya dan kredibel.

“Kita mencari debitur yang secara keuangan baik dan terpercaya secara administratif. Misalnya kemampuan dia memenuhi uang muka 10% dan mempunyai pekerjaan tambahan yang menunjang pembayaran kredit,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie