KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) mencatatkan penjualan listrik di kuartal III 2023 meningkat hingga 5%
year on year (YoY). Seiring dengan itu, pihaknya juga merencanakan terus menambah portofolionya di segmen kelistrikan utamanya pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Melansir laporan kuartal III 2023 yang dipublikasikan di laman resminya, Medco Power mencatatkan penjualan sebesar 3.079 GWh listrik di mana 20% berasal dari sumber energi terbarukan.
Penjualan tersebut meningkat 5% dibandingkan tahun lalu dari kontribusi Independent Power Producer (IPP) berbahan bakar gas di Riau sebesar 275MW dan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya di Sumbawa sebesar 26 MWp.
Di sepanjang tahun ini, MEDC memproyeksikan penjualan dari sektor listrik bisa mencapai 4.000 GWh.
Hingga September 2023, Medco Power mencatatkan realisasi harga listrik rata-rata US¢ 3,7/kwh di luar biaya bahan bakar atau naik 2,8% dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Agar Beban Tambah Enteng, Medco Bersih-Bersih Utang Adapun belanja modal ketenagalistrikan yang telah direalisasikan sebesar US$ 55 juta, terutama untuk menyelesaikan pengembangan pembangkit listrik geotermal Ijen 34 MW yang dijadwalkan selesai pada Desember 2024.
Hingga saat ini proses Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen sudah mencapai 40% sehingga masih sejalan dengan target.
PLTP Ijen merupakan proyek yang dijalankan PT Medco Cahaya Geothermal (MCG) yang 51% sahamnya dipegang PT Medco Geothermal Indonesia dan 49% sahamnya dikempit Ormat Geothermal Power.
Direktur Utama Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro menjelaskan, pengeboran sumur dan EPC pembangkit panas bumi Ijen sejauh ini berjalan lancar.
“Perkembangannya, sudah tiga sumur dari enam sumur produksi dibor. Kemudian satu dari dua sumur injeksi
telah selesai dikerjakan dengan hasil yang memuaskan,” jelasnya kepada
Kontan.co.id, Senin (18/9).
Kelak, ketika sudah menghasilkan listrik, PLTP Ijen merupakan pembangkit panas bumi pertama di Jawa Timur.
“Harapan kami melanjutkan ke fase 2, mengingat potensi Ijen yang cukup besar sampai dengan 110 MW,” imbuhnya.
Hilmi mengungkapkan, tahun ini Medco Power juga akan memulai program ekplorasi panas bumi untuk Bonjol, Sumatera Barat. Pihaknya juga telah menandatangani kemitraan baru dengan MOECO untuk mengevaluasi aset geotermal di sana.
Tidak hanya panas bumi, MEDC juga menggali pasar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Belum lama ini melalui anak perusahaannya, Medco Power Global beserta mitra konsorsiumnya PacificLight Renewables Pte Ltd dan Gallant Venture Ltd, telah mendapatkan persetujuan bersyarat dari Energy Market Authority (EMA) Singapura atas proyek pembangkit tenaga surya berkapasitas 600 MW. Proyek ini akan memasang lebih dari 2.000 MWp panel tenaga surya Photovoltaic (PV) dan 500 MW kapasitas penyimpanan baterai yang diharapkan akan selesai pada 2028. Proyek ini akan berperan dalam transisi energi Singapura dan berkontribusi terhadap pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia melalui investasi oleh produsen panel tenaga surya PV dan
battery energy storage system (BESS) internasional. Hilmi menyampaikan proyek Tenaga Surya Pulau Bulan merupakan model kerja sama antara Indonesia dan Singapura yang dapat mendorong pengembangan sektor energi terbarukan serta manufaktur PV dan BESS lokal di Indonesia.
Belum lama ini Hilmi juga pernah mengemukakan, pihaknya sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Dalam catatan
Kontan.co.id, proyek PLTB Medco ini mendapatkan dukungan dari Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) berupa hibah kepada Medco Power untuk studi kelayakan pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu berkapasitas 111-Megawatt (MW).
Menurut Hilmi, biaya operasional pemanfaatan energi hijau relatif tidak lebih mahal dibandingkan energi fosil. Berdasarkan hitung-hitungannya, investasi atau belanja modal yang disiapkan di awal memang terlihat besar, tetapi secara jangka panjang sumber energi yang dimanfaatkan berkelanjutan akan lebih efisien.
Dia mencontohkan, investasi turbin angin memang besar, tetapi angin sebagai sumber energi didapatkan gratis. “Jadi mungkin capex tinggi dulu setelah beberapa tahun akan turun jauh sekali dan dalam jangka panjang bisa berjalan,” terangnya.
Tambahan informasi, saat ini Medco Energi juga sedang menjajaki potensi energi baru dengan pengembangan hidrogen hijau bersama ACWA Power.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .