Penjualan listrik PLN melambat hingga Agustus 2017



KONTAN.CO.ID - PT PLN (Persero) mencatat adanya pelambatan penjualan listrik pada tahun ini. Tren pertumbuhan listrik dalam delapan bulan pertama tahun ini memang tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Ahmad Rofiq Direktur Bisnis Maluku dan Papua PLN mengatakan pertumbuhan penjualan listrik hingga sampai Agustus hanya sebesar 146.366 Gwh atau naik sebesar 2,8% dari periode yang sama tahun lalu.

Pada Agustus 2016, PLN mencatat penjualan listrik mencapai 140.750 Gwh yang naik sebesar 7,45% dibanding Agustus 2015.


PLN pun menggandeng PT Surveyor Indonesia untuk mengetahui penyebab perlambatan penjualan listrik. Dari sektor konsumen rumah tangga ternyata telah terjadi penghematan penggunaan listrik akibat adanya program subsidi tepat sasaran.

"Memang rumah tangga itu sensitif terhadap harga. Kebanyakan rumah tangga menggunakan lampu hemat energi seperti LED,"jelas Rofiq pada Selasa (19/9). Di sisi lain, pelanggan rumah tangga di atas 1.300 VA sudah sadar terhadap kelangsungan lingkungan sehingga menerapkan green lifestyle. Sehingga banyak pelanggan tersebut yang sudah menggunakan peralatan rumah tangga hemat energi. Bahkan sejumlah pelanggan juga sudah memanfaatkan photovoltaic rooftop. "Untuk pelanggan di atas 1.300VA itu sudah ada kecenderungan beberapa sudah memasang photovoltaic, jadi itu berpotensi setelah kami data mengurangi beban minimal per bulan sebesar 59.371kWh untuk beban rumah tangga,"katanya. Pelambatan penjualan listrik juga dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan penjualan listrik untuk industri. Rofiq bilang pertumbuhan penjualan listrik untuk pelanggan industri hingga Agustus hanya sebesar 2,2%. Pelambatan ini karena adanya penurunan produksi dari penurunan daya beli. Selain itu, banyak pelanggan industri yang mulai membangun pembangkitnya sendiri. Hingga ada potensi pelanggan yang mengurangi konsumsi listrik PLN per bulannya sebesar 188.215.099 kwh. " Ada juga pertumbuhan impor barang jadi sampai Mei 2017 sebesar 15,6%, jadi produk dalam negeri mengalami tekanan sehingga menyebabkan turunnya penggunaan listrik,"ujar Rofiq. Selain industri, pelanggan bisnis jug amenurunkan konsumsi listriknya. Salah satu faktornya karena adanya penurunan suhu harian di beberapa kota besar sehingga mengakibatkan pemakaian pendingin udara seperti penggunaan AC menurun. Selain itu, konsumsi listrik pelanggan bisnis juga menurun karena adanya perilaku konsumen yang bergeser dari belanja di mal/toko menjadi belanja di toko darling/online shop.

"Jadi ada beberapa shopping center yang mulai sepi, dan menyebabkan terjadinya penurunan pemakaian listrik," imbuh Rofiq. Rofiq bahkan menyebut berdasarkan survei memang telah terjadi penurunan konsumsi listrik sekitar 1,59% di beberapa mal di Jakarta seperti Grand Indonesia, Gandaria City, dan Senayan City.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina