KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk menikmati kebangkitan harga komoditas. Hal ini tercermin dari penjualan alat berat yang tumbuh 86% di periode Januari-Agustus 2017 dibanding periode sama tahun sebelumnya. Dari catatan internal emiten berkode saham INTA ini tercatat nilai penjualan per akhir Agustus 2017 sebesar Rp 696 miliar. Angka ini naik dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 375 miliar. Secara unit total penjualan alat berat sebesar 368 unit atau naik 57% dibanding periode sama tahun lalu 235 unit. George Setiadi, Direktur PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), anak usaha INTA khusus penjualan alat berat merk Volvo dan SDLG menjelaskan pertumbuhan alat berat IPPS dari industri pertambangan yang sedang bergairah. "Selain juga dari pengalaman di bidang alat berat sehingga dengan cepat ambil peluang setelah stagnan beberapa tahun," tuturnya dalam keterangan pers, Minggu (1/10). Bila berdasarkan sektor porsi pertambangan batubara masih mendominasi yaitu sebanyak 62%, sektor pertambangan non batubara sebesar 16%, sektor infrastruktur menyumbang 10%, serta industri umum, kehutanan, agro mencapai 12%. "Apalagi untuk alat berat dari Volvo CE seperti jenis Articulated Dump Truck (ADT) yang digunakan untuk hasil tambang," lanjutnya. Untuk daerah penjualan, George menjelaskan kebanyakan di daerah Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan Maluku. Produk baru pun menjadi salah satu faktor pendorong penjualan. Beberapa saat lalu, Volvo CE baru mengeluarkan seri terbaru VOlvo A60H Articulated dengan kapasitas angkut beban lebih besar. Meski ada pertumbuhan, Ferdinand D, Investor Relation Strategist PT Intraco Penta Tbk mengatakan belum merubah target pendapatan. Tahun ini INTA menargetkan pendapatan tumbuh 20% dibanding posisi 2016 sebesar Rp 1,51 triliun. "Harga komoditas bisa fluktuatif termasuk juga tambang. Makanya kami masuk ke listrik supaya di 2020 nanti bisa balance serta ada recurring income," tutur Ferdinand kepada KONTAN, Minggu (10/1). Catatan saja, INTA baru saja mengambil alih 30% saham PT Petra Unggul Sejahtera (PT PUS). Kepemilikan INTA setara 68.124 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 68,12 miliar. Sebagai informasi, PT PUS merupakan induk perusahaan yang memiliki entitas anak yakni TJK Power yang mengelola PLTU Batam berkapasitas 2X55 MW. Investasi pada PUS akan tercatat sebagai aktiva jangka panjang INTA, dan perusahaan akan mengakui 30% bagian laba atau rugi PUS dalam laporan keuangannya. Sementara itu, INTA juga akan mengerjakan pekerjaan listrik di Bengkulu. Kapasitas powerplant di Bengkulu lebih tinggi daripada kapasitas powerplant di Batam sebesar 2X100MW. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penjualan loncat, Intraco Penta tak ubah target
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk menikmati kebangkitan harga komoditas. Hal ini tercermin dari penjualan alat berat yang tumbuh 86% di periode Januari-Agustus 2017 dibanding periode sama tahun sebelumnya. Dari catatan internal emiten berkode saham INTA ini tercatat nilai penjualan per akhir Agustus 2017 sebesar Rp 696 miliar. Angka ini naik dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 375 miliar. Secara unit total penjualan alat berat sebesar 368 unit atau naik 57% dibanding periode sama tahun lalu 235 unit. George Setiadi, Direktur PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), anak usaha INTA khusus penjualan alat berat merk Volvo dan SDLG menjelaskan pertumbuhan alat berat IPPS dari industri pertambangan yang sedang bergairah. "Selain juga dari pengalaman di bidang alat berat sehingga dengan cepat ambil peluang setelah stagnan beberapa tahun," tuturnya dalam keterangan pers, Minggu (1/10). Bila berdasarkan sektor porsi pertambangan batubara masih mendominasi yaitu sebanyak 62%, sektor pertambangan non batubara sebesar 16%, sektor infrastruktur menyumbang 10%, serta industri umum, kehutanan, agro mencapai 12%. "Apalagi untuk alat berat dari Volvo CE seperti jenis Articulated Dump Truck (ADT) yang digunakan untuk hasil tambang," lanjutnya. Untuk daerah penjualan, George menjelaskan kebanyakan di daerah Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan Maluku. Produk baru pun menjadi salah satu faktor pendorong penjualan. Beberapa saat lalu, Volvo CE baru mengeluarkan seri terbaru VOlvo A60H Articulated dengan kapasitas angkut beban lebih besar. Meski ada pertumbuhan, Ferdinand D, Investor Relation Strategist PT Intraco Penta Tbk mengatakan belum merubah target pendapatan. Tahun ini INTA menargetkan pendapatan tumbuh 20% dibanding posisi 2016 sebesar Rp 1,51 triliun. "Harga komoditas bisa fluktuatif termasuk juga tambang. Makanya kami masuk ke listrik supaya di 2020 nanti bisa balance serta ada recurring income," tutur Ferdinand kepada KONTAN, Minggu (10/1). Catatan saja, INTA baru saja mengambil alih 30% saham PT Petra Unggul Sejahtera (PT PUS). Kepemilikan INTA setara 68.124 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 68,12 miliar. Sebagai informasi, PT PUS merupakan induk perusahaan yang memiliki entitas anak yakni TJK Power yang mengelola PLTU Batam berkapasitas 2X55 MW. Investasi pada PUS akan tercatat sebagai aktiva jangka panjang INTA, dan perusahaan akan mengakui 30% bagian laba atau rugi PUS dalam laporan keuangannya. Sementara itu, INTA juga akan mengerjakan pekerjaan listrik di Bengkulu. Kapasitas powerplant di Bengkulu lebih tinggi daripada kapasitas powerplant di Batam sebesar 2X100MW. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News