Penjualan Makanan dan Minuman Mulai Seret



JAKARTA. Pengusaha makanan dan minuman gundah gulana. Tahun 2009 belum lagi menjelang, tapi penjualan mereka sudah turun, terutama di luar Pulau Jawa. Usut punya usut, penyebabnya terkait anjloknya harga komoditi pertanian seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil, karet, kopi dan cokelat. Imbasnya, daya beli masyarakat melemah. Merekapun mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman olahan.
Pengusaha mulai khawatir sebab penurunan penjualan ini cukup signifikan. Tanpa menyebut besarannya, Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani mengatakan, selama ini penjualan makanan dan minuman adalah andalan pengusaha setelah penjualan di luar Pulau Jawa. Nilainya mencapai Rp 136 triliun per tahun atau 40% dari total penjualan makanan dan minuman nasional sebesar Rp 340 triliun per tahun. Sementara sisanya 60% atau Rp 204 triliun masuk ke Pulau Jawa. "Penjualan di Jawa saat ini memang masih stabil tapi sebentar lagi agaknya akan berubah," ujar Franky Sibarani.Tak lama lagi, pengusaha memperkirakan penjualan di Pulau Jawa bakal menyusul ikut anjlok. Prediksi ini setelah melihat kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak industri mulai mengurangi tenaga kerja mereka lantaran tak kuat menghadapi krisis global. Sementara lokasi industri  terbesar adalah di Pulau Jawab. Sudah pasti, ketika masyarakat tak punya pekerjaan mereka pasti mengurangi konsumsi makanan tambahan.Pengusaha makanan dan minuman mengaku hanya tinggal menunggu dampak signifikan merosotnya penjualan bakal terasa sekali di 2009. Penurunan paling  besar bakal terjadi di triwulan pertama.  Kendati begitu, saat ini pengusaha merasa sedikit terbantu. Ihwalnya, mereka tak perlu menaikkan harga di saat kondisi krisis. Penurunan harga bahan baku dan kenaikan nilai tukar rupiah justru membuat harga makanan  stabil. "Kalau harga makanan naik sementara daya beli sudah lemah sudah pasti dampaknya lebih besar," ujar Franky yang juga merupakan Sekretaris Perusahaan PT Olaga Food.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: