Penjualan Martina Berto tak lagi cantik



JAKARTA. Kinerja keuangan PT Martina Berto Tbk tahun 2013 lalu kurang menggembirakan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pendapatan dan laba perusahaan kosmetik dengan kode saham MBTO itu turun.

Melihat laporan keuangan perusahaan, sampai akhir Desember 2013, pendapatan perusahaan itu turun 10,66% menjadi Rp 641,28 miliar dibandingkan dengan penjualan tahun 2012 yang bisa mencapai Rp 717,79 miliar.

Penurunan pendapatan ini berdampak terhadap laba perusahaan. Walaupun beban pokok penjualan di tahun 2013 turun 7,59% menjadi Rp 315,41 miliar secara year on year (yoy), tetap saja laba Martina Berto menyusut. Tahun lalu, Martina Berto hanya meraup laba usaha Rp 21,54 miliar. Padahal, di tahun 2012, laba Martina Berto bisa mencapai Rp 54,08 miliar.


Strategi menaikkan harga jual produk di tahun lalu ternyata malah memukul volume penjualan. "Daya beli konsumen di kelas menengah bawah menurun karena kenaikan harga produk kami. Mereka terpengaruh elastisitas harga," ujar Desril Muchtar, Sekretaris Perusahaan PT Martina Berto Tbk kepada KONTAN, Senin (7/4).

Asal tahu saja, sebanyak 56% konsumen Martina Berto adalah konsumen kelas C. Makanya, meski harga kosmetik naik sekitar 5%-8%, tetap saja mempengaruhi daya beli.

Desril menjelaskan, kenaikan harga jual tersebut merupakan imbas dari kenaikan upah buruh dan bahan bakar minyak. Ditambah lagi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Alhasil, biaya produksi bengkak.

Meski begitu, penjualan Martina Berto tahun lalu masih terselamatkan oleh jamu. Pendapatan jamu naik 20,73% menjadi Rp 19,10 miliar. "Penjualan jamu naik karena ada produk baru kategori jamu tahun lalu," ujar Desril.

Berharap tumbuh 10%

Tahun ini, Martina Berto masih optimistis bisa meraih pertumbuhan pendapatan 10% dari tahun lalu. Artinya, pendapatan tahun ini hampir sama dengan tahun 2012, yakni sekitar Rp 700 miliar. Caranya, Martina Berto akan menyeleksi distributor atau agen. Sebab, menurut Desril, beberapa agen atau distributor kurang memberikan performa yang baik dalam menjajakan produk.

Cara lainnya adalah dengan menggenjot kontribusi penjualan dari kelas menengah atas. Pasalnya, kelas ini lebih tahan banting terhadap harga ketimbang kelas menengah ke bawah. "Kami harapkan kontribusi C sebesar 50% dan minimal 6% akan beralih ke kelas A dan B," kata Desril.

Selama ini, kosmetik untuk menengah ke atas dijual di gerai Martha Tilaar Shop (MTS) yang ada di pusat perbelanjaan. Desril mengatakan, perusahaan berencana menambah gerai MTS. "Total MTS sekarang 27 gerai. Tahun lalu, kami tambah tiga di Palembang, Ciputra World, dan Bekasi. Tahun ini masih melihat kondisi," jelas Desril.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan