KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Astra International Tbk (
ASII) belum seutuhnya pulih. Walau begitu, ASII justru dinilai punya peluang dan potensi yang menarik seiring pemulihan ekonomi dan mulai meningkatnya permintaan. Penjualan mobil Astra sepanjang April mencapai 41.676 unit secara grosir. Jumlah tersebut melonjak hingga 996% secara
year on year (yoy) mengingat pada April tahun lalu penjualannya hanya 3.804 unit. Walau demikian, secara bulanan, penjualan mobil Astra tercatat masih turun 8,4% karena pada Maret penjualan mencapai 45.521 unit. Sementara secara kumulatif, penjualan mobil Astra di empat bulan pertama tahun ini naik 5,2% yoy menjadi 140.529 unit dari 133.547 unit yang terjual di periode yang sama tahun lalu. Pangsa pasar ASII pada Januari-April sedikit turun menjadi 52,8% dari 52,9% pada Maret 2021 dan 54,6% pada April 2020.
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menyebut, berdasarkan angka penjualan Astra pada April, dia optimistis kinerja keuangan ASII akan mulai membaik pada kuartal kedua 2021 dan seterusnya. “Segmen otomotif dan jasa keuangan, yang utamanya bergerak di pembiayaan otomotif, memberikan kontribusi sebesar 38% dan 26% kepada pendapatan bersih konsolidasi grup pada kuartal pertama 2021. Baru kemudian diikuti oleh alat berat & pertambangan dengan kontribusi 29%,” kata Robertus dalam riset, Selasa (11/5).
Baca Juga: Bulan April 2021, Gaikindo catat penjualan mobil wholesale sebanyak 78.908 unit Adapun, pendapatan ASII pada kuartal pertama 2021 tercatat turun 4,3% secara yoy menjadi Rp 51,7 triliun dari Rp 54 triliun. Sementara dari sisi
bottom line, kinerja ASII bahkan merosot sebesar 22,5% menjadi hanya Rp 3,73 triliun dari Rp 4,81 triliun. Robertus menyebut, profitabilitas ASII belum dapat pulih dari dampak pandemi. Hal ini dapat terlihat dengan turunnya EBITDA dan margin laba bersih menjadi masing-masing hanya 8,8% dan 7,2%, dari sebelumnya 10,6% dan 8,9%.
Baca Juga: Simak strategi Astra International (ASII) memperkuat ekosistem digital Walau demikian, secara jangka panjang, Robertus melihat ASII masih punya prospek dan potensi yang menarik. Dia meyakini, lonjakan pasar grosir mobil di Indonesia baru-baru ini dapat dikaitkan dengan dibukanya kembali aktivitas komersial di diler-diler mobil di sisi penawaran. Sementara dari sisi permintaan, meningkatnya mobilitas masyarakat akan menghasilkan permintaan yang terpendam. "Selain itu, pelonggaran Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) juga menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi keputusan pelanggan ke depan,” imbuh Robertus. Robertus menambahkan, aksi investasi ASII baru-baru ini dengan menyuntikkan dana sekitar US$ 5 juta dan US$ 35 juta masing-masing di Sayurbox dan Halodoc akan menjadi katalis positif. Apalagi, sebelumnya, ASII berhasil mendirikan GoFleet, sebuah
joint ventures antara Astra dan Gojek yang terlibat dalam bisnis pengadaan dan persewaan mobil, setelah Astra berinvestasi US$ 250 juta di Gojek.
Baca Juga: Pembiayaan mobil bekas oleh multifinance turun, ini penyebabnya Dia melihat, aksi investasi terbaru ASII ini memiliki potensi untuk meningkatkan eksposur produk dan layanan ASII pada bisnis logistik makanan, pertanian dan medis di masa depan.
Henan Putihrai Sekuritas memproyeksikan pendapatan ASII akan mencapai Rp 208,89 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 15,90 triliun pada tahun ini. Robertus pun memberikan rekomendasi beli untuk ASII dengan target harga Rp 6.200 yang menyiratkan 1,55/1,49x dan 2,51%/2,53% dari PBV dan imbal hasil dividen 21F/22F. Dengan harga saham
ASII yang berada di Rp 5.225 per saham, maka masih ada potensi kenaikan harga 18,66% dari target tersebut.
Baca Juga: Ada relaksasi PPnBM, penjualan mobil meningkat 16,63% pada kuartal I 2021 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati