Penjualan mobil Indonesia bisa tembus 4 juta unit



JAKARTA. Pelaku industri otomotif nasional dan Pemerintah Indonesia sepakat, total penjualan mobil di Indonesia berpotensi menembus 4 juta unit, jika dilihat dari jumah penduduk yang mencapai 240 juta jiwa. Perkiraan tersebut dihitung dari perbandingan antara jumlah penduduk dan penjualan mobil di negara lain.Hal tersebut menjadi perbincangan hangat pada acara Obrolan Otomotif Kompas bertajuk Peran Industri Otomotif Terhadap Ketahanan Ekonomi Nasional, di The Cone, Mal FX, Jakarta Selatan, hari ini (5/9/2013). Acara tersebut dihadiri oleh Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Yongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo, dan Subronto Laras, Komisaris Utama Grup Indomobil.Budi menjelaskan, Malaysia dengan jumlah penduduk 18 juta jiwa berhasil menjual 800.000 unit. Angka tersebut sudah berhasil dilampaui. Acuan selanjutnya, Thailand dengan 60 juta jiwa penjualan 1,45 juta (2012) dengan rata-rata pendapatan per kapita 6.000 dollar AS per tahun. "Saat ini, Indonesia sudah mencapai US$4.000 dan jumlah penduduk 240 juta jiwa, kalau tahun lalu saja 1,2 juta unit, maka selanjutnya menuju 2 juta, 3 juta, bahkan 4 juta dalam jangka menengah," tambahnya.Subronto Laras menambahkan, Indonesia akan memasuki Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) mulai 2015. Semua produk yang masuk dan menuju antara negara ASEAN akan bebas bea masuk. Tahun lalu, total penjualan mobil di seluruh ASEAN mencapai 3,4 juta unit. Jumlah ini dipastikan akan tembus 5 juta unit pada 2015 atau 2016."Selain Indonesia, Malaysia, dan Thailand, ada tetangga lain seperti Laos, Kamboja, dan Vietnam yang menunjukkan lonjakkan penjualan. Saat ini Indonesia jadi lokasi terbaik untuk menanamkan modal, karena punya potensi besar di masa mendatang," beber Subronto. Tahun ini, lanjutnya, kapasitas produksi Indonesia mencapai 1,4 juta unit, terdiri dari 1,2 juta unit pasar domestik dan 200.000 unit ekspor.Hambatan

"Logikanya, penjualan di Indonesia bisa mencapai 4 juta unit. Walaupun tidak berjalan mulus, sejelek-jeleknya bisa 50 persen, yang artinya bisa 2 juta unit," tambah Yongkie.Untuk menjadikan Indonesia sebagai sentra otomotif terbesar di ASEAN, pemerintah perlu memperhatikan berbagai kebijakan yang mendukung industri. Tahun ini saja, menurutnya, pelaku industri menghadapi tekanan bertubi-tubi, mulai dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sejak awal tahun, Tarif Dasar Listrik yang direvisi tiap 3 bulan, dan Uang Pangkal kredit kendaraan bermotor pada Perbankan atau lembaga pembiayaan Syariah, naik 30 persen."70 persen pembelian mobil di Indonesia masih kredit, 52 persennya berbanderol Rp 150-200 juta dan sangat sensitif terhadap kenaikkan harga," jelas Yongkie.Belum lagi penguatan dollar AS terhadap rupiah yang terjadi sebulan terakhir dan rencana kenaikan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dari maksimal 75 persen menjadi 150 persen. "Walaupun kami mengaku kandungan lokal sudah besar (sampai 70 persen), tetap saja ada bahan baku komponen yang masih impor. Jadi lonjakkan dollar AS pasti akan berdampak pada kenaikan harga nantinya. Begitu pula ketika BBM naik, ongkos angkut juga ikut," tutup Yongkie. (Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan