KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif nasional mulai memperlihatkan perbaikan kinerja. Hal ini menimbulkan secercah harapan adanya potensi pemulihan daya beli masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan
wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional tumbuh 2,8%
month to month (MtM) menjadi 76.304 unit pada Agustus 2024. Pada saat yang sama, penjualan
retail (dealer ke konsumen) mobil nasional juga naik 1,6% MtM menjadi 76.808 unit. Asal tahu saja, terakhir kali penjualan
wholesales dan retail mobil nasional sama-sama mengalami kenaikan secara bulanan terjadi pada Mei lalu, atau bertepatan dengan momen pasca libur Lebaran.
Perbaikan kinerja penjualan mobil terjadi bersamaan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) dari 123,4 pada Juli 2024 menjadi 124,4 pada Agustus 2024. Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga stabil di area optimis yakni di level 111,5 pada bulan lalu.
Baca Juga: Terungkit Promo, Penjualan Mobil Belum Bisa Ngebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengirim sinyal perbaikan daya beli masyarakat seiring proyeksi bahwa kredit kendaraan bermotor akan meningkat pada kuartal III dan IV-2024. Hal ini dipicu oleh banyaknya promo dan diskon akhir tahun. Berkaca ke belakang, pertumbuhan kredit kendaraan bermotor hanya mencapai 7,9%
year on year (YoY) pada Juli 2024, lebih rendah dibandingkan Juni 2024 sebesar 8,1% (YoY). Meski data penjualan mobil dan IKK membaik, Ekonomi Bank Central Asia David Sumual menilai hal tersebut bukan berarti menandakan daya beli masyarakat sudah benar-benar pulih. "Saya belum yakin apakah perbaikan ini akan berlanjut karena perlu melihat data-data bulan selanjutnya," imbuh dia, Selasa (10/9).
Baca Juga: Penjualan Mobil Nasional Mulai Pulih pada Agustus 2024 Senada, Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyebut, fenomena deflasi selama empat bulan beruntun di tengah era suku bunga acuan tinggi menjadi pertanda adanya penurunan aktivitas ekonomi, sehingga berdampak pada permintaan mobil baru dari sejumlah konsumen. Ditambah lagi, sudah dua bulan beruntun PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi yang tentu berdampak negatif ke berbagai industri manufaktur, termasuk otomotif. "Penurunan PMI berdampak pada produksi dan pasokan mobil di pasar," kata dia, Selasa (10/9). Dengan kondisi saat ini, Yannes memperkirakan penjualan mobil nasional hanya akan mencapai 900.000 unit saja pada akhir 2024. Dia juga memprediksi,
Low Cost Green Car (LCGC) akan menjadi segmen mobil yang masih bisa tumbuh signifikan pada sisa tahun ini. LCGC tetap dipandang menarik bagi konsumen kelas menengah yang memiliki keterbatasan keuangan namun tetap ingin membeli mobil baru. "Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, masyarakat akan memilih mobil yang lebih ekonomis," jelas dia.
Baca Juga: Produsen Mobil Listrik China Banjiri Pameran Otomotif Terbesar di Jerman Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, kenaikan penjualan mobil nasional pada Agustus lalu cukup dipengaruhi oleh perhelatan pameran GIIAS 2024 yang berlangsung bulan sebelumnya. Ini mengingat, sejumlah agen pemegang merek (APM) otomotif peserta GIIAS 2024 ada yang baru mengirim produk ke konsumen pada
Agustus. Kurs rupiah yang berbalik menguat terhadap dolar AS juga membuat konsumen lebih yakin untuk membeli mobil baru. Sebab, ada ekspektasi para produsen belum akan mengerek harga jual mobil secara jangka pendek. Untuk saat ini, Gaikindo masih memproyeksikan penjualan mobil nasional bisa mencapai 1,1 juta unit pada akhir 2024 kendati kondisi pasar masih menantang. "Proyeksi penjualan mobil nasional belum direvisi," tutur Jongkie, Selasa (10/9).
Baca Juga: Penjualan Mobil Bensin Akan Dihentikan, Potongan Harga Mobil Listrik Ini Rp 30 Juta Sejauh ini, merek-merek asal Jepang masih mendominasi pasar otomotif nasional. Di kategori
wholesales misalnya, Toyota memimpin pasar dengan penjualan bulan Agustus 2024 sebanyak 25.989 unit, kemudian diikuti oleh Daihatsu sebanyak 13.829 unit, Honda 7.556 unit, Mitsubishi Motors 6.254 unit, dan Suzuki 5.265 unit.
Menariknya, merek pendatang baru asal China, BYD, mampu bersaing di papan atas dengan menempati posisi keenam berkat penjualan
wholesales 2.940 unit pada Agustus lalu. BYD lebih unggul ketimbang Hino (2.318 unit) dan Mitsubishi Fuso (2.002 unit). Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan, di tengah ketidakpastian kondisi pasar, Toyota masih mampu meningkatkan pangsa pasar dari 31,8% pada Januari-Agustus 2023 menjadi 32,8% pada Januari-Agustus 2024. Kijang Innova, Avanza, dan Veloz masih menjadi kontributor utama penjualan Toyota sampai saat ini. Toyota menyadari kondisi pasar belum sepenuhnya pulih. Maka itu, Toyota berharap model-model baru seperti All-New Fortuner yang pekan lalu dirilis dapat memacu permintaan konsumen pada sisa tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati