Lombok juga terkenal sebagai penghasil mutiara. Selain mutiara air laut, ada juga mutiara air tawar yang memiliki harga lebih rendah. Penjualan perhiasan mutiara tetap bagus terutama yang menyasar pasar lokal, walau memang tak setinggi sebelum 2008 lalu. Tapi, pasar ekspor sedikit menurun lantaran nilai tukar rupiah yang melemah dan harga emas yang melonjak.Sebagai salah satu daerah penghasil mutiara di Indonesia, Lombok banyak menghasilkan mutiara dengan beragam kualitas. Sudah barang tentu, bisnis penjualan maupun produksi mutiara sangat menggiurkan sehingga pemainnya banyak.Sebut saja, Rosiana Dewi. Perempuan asli Lombok ini sudah lima tahun berkecimpung di usaha penjualan perhiasan mutiara Lombok. "Saya mengandalkan promosi dari internet dan responnya cukup baik," kata pemilik Grosir Mutiara itu.Rosiana memproduksi bermacam perhiasan mutiara dengan menggandeng beberapa perajin yang menjadi binaannya. Sedangkan bahan baku mutiara ia beli dari pembudidaya mutiara di Lombok.Selain mutiara, Rosiana juga harus menyediakan bahan baku emas, perak dan stainless untuk merangkai mutiara menjadi aneka macam perhiasan.Menurut Rosiana, saat ini, harga mutiara cenderung turun. Tapi penurunannya, "Hanya berkisar ribuan rupiah saja," ujarnya. Omzet Rosiana pun ikutan turun. Pada 2008, dia mampu mengantongi pendapatan hingga Rp 40 juta perbulan, tapi kini hanya di kisaran Rp 27 juta-Rp 30 juta.Penyebab lainnya, nilai tukar rupiah yang tidak lagi perkasa melawan dollar Amerika Serikat (AS). "Pada 2008, nilai tukar lebih kuat. Saat dollar naik, penjualan mutiara turun," ungkapnya. Sekarang, rupiah bertengger di kisaran Rp 9.000 per dollar Negeri Paman Sam.Semua kondisi ini diperparah dengan melonjaknya harga emas. Sehingga, perhiasan mutiara yang terbuat dari emas sepi pembeli. "Bulan lalu, contohnya, tidak satupun mutiara dengan batang emas terjual," ungkap Rosiana.Selain pasar lokal, Rosiana juga menjual produk-produk perhiasan mutiaranya ke Australia, AS, Malaysia, dan Brunei Darussalam.Berbeda dengan M. Noor Satrio Nugroho yang terjun ke usaha perhiasan mutiara Lombok dengan bendera Mutiara Lombok. Nugroho yang memulai usahanya sejak tiga tahun lalu dan mengandalkan promosi melalui internet mengaku pendapatannya terus menanjak hingga Rp 50 juta per bulan.Soalnya, Nugroho fokus menggarap pasar dalam negeri. Dengan begitu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak mempengaruhi penjualan produk-produk perhiasan mutiara Lomboknya. "Selama tiga tahun, saya baru lima kali ekspor ke Amerika Serikat dan Singapura," ungkap dia. Nugroho menjelaskan, harga mutiara sangat bergantung dari ketebalan lapisan dan kemulusan ukuran mutiara.Baik Rosiana maupun Nugroho menjual dua jenis mutiara, yakni mutiara air tawar dan mutiara air laut. Harga mutiara air tawar lebih murah karena bentuknya tidak bulat sempurna dan tidak semengkilau dibandingkan mutiara air laut.Rosiana melego mutiara air tawar dengan harga Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per butir. Sementara, mutiara air laut, ia jual Rp 150.000 hingga Rp 3 juta per gram. Nugroho menjual mutiara air laut dengan harga Rp 35.000 per gram untuk kualitas rendah. Sementara, untuk kualitas menengah sampai tinggi, harganya mulai Rp 400.000 sampai jutaan rupiah per gram. Lalu, mutiara air tawar, ia jual seharga Rp 6.000 hingga Rp 200.000 per butir. "Sebanyak 90% pasar mutiara air tawar dunia dikuasai oleh China," kata Nugroho.Menjadi pengusaha perhiasan mutiara gampang-gampang susah. Sebab, pelakunya harus jago membedakan jenis mutiara. Untuk membedakan jenis mutiara perlu waktu belajar yang lama. Namun, ada cara mudah membedakan mutiara air tawar dan air laut. Biasanya, mutiara air laut tahan api, sedang mutiara air tawar lebih mudah terbakar tapi tidak sampai meleleh. "Kalau mutiara imitasi bila dibakar akan langsung meleleh," kata Rosiana. Tak hanya itu, untuk membedakan mutiara palsu dan asli juga bisa dilakukan dengan cara digigit. Mutiara asli, baik air tawar maupun air laut, jika digigit terasa pasir dan tidak akan bisa tergores. Adapun, mutiara yang palsu terasa licin dan mudah terkelupas. Lalu, dari mana mutiara berasal? Mutiara berasal dari kerang pincada yang banyak hidup di laut-laut di bagian selatan bumi, semisal Indonesia, Australia, Malaysia, India, dan Pakistan. Tapi, mutiara di masing-masing daerah punya ciri khas. Nugroho mengatakan, mutiara Lombok memiliki warna lebih kesusuan. "Di Indonesia, hanya mutiara Lombok yang warnanya seperti ini," ujarnya.Nugroho mengungkapkan, mutiara memang sangat pas dan tampak indah sebagai perhiasan, namun tidak cocok untuk investasi. Sebab, tidak ada standar yang jelas termasuk badan yang mengatur berapa standar harga mutiara. "Saat menjual lagi mutiara, belum tentu harganya lebih tinggi daripada ketika Anda membeli," kata Nugroho. Karena itu, kebanyakan pembeli mutiara hanyalah orang-orang yang benar-benar menyukai mutiara sebagai perhiasan.Meski begitu, Rosiana dan Nugroho sama-sama yakin prospek penjualan mutiara Lombok masih cerah. Buktinya, banyak bermunculan pemain baru.Hanya, selain masalah harga, pebisnis mutiara juga harus menghadapi ketidakpastian musim panen mutiara. Tentu saja, hak ini menyebabkan para pelaku usaha susah untuk menentukan kapan persediaan mutiara melimpah atau sedikit. "Saat tidak panen harga mahal, sehingga saya memilih tidak membeli," ujar Nugroho yang hanya membeli saat musim panen.
Penjualan mutiara Lombok tidak segemerlap sebelum 2008
Lombok juga terkenal sebagai penghasil mutiara. Selain mutiara air laut, ada juga mutiara air tawar yang memiliki harga lebih rendah. Penjualan perhiasan mutiara tetap bagus terutama yang menyasar pasar lokal, walau memang tak setinggi sebelum 2008 lalu. Tapi, pasar ekspor sedikit menurun lantaran nilai tukar rupiah yang melemah dan harga emas yang melonjak.Sebagai salah satu daerah penghasil mutiara di Indonesia, Lombok banyak menghasilkan mutiara dengan beragam kualitas. Sudah barang tentu, bisnis penjualan maupun produksi mutiara sangat menggiurkan sehingga pemainnya banyak.Sebut saja, Rosiana Dewi. Perempuan asli Lombok ini sudah lima tahun berkecimpung di usaha penjualan perhiasan mutiara Lombok. "Saya mengandalkan promosi dari internet dan responnya cukup baik," kata pemilik Grosir Mutiara itu.Rosiana memproduksi bermacam perhiasan mutiara dengan menggandeng beberapa perajin yang menjadi binaannya. Sedangkan bahan baku mutiara ia beli dari pembudidaya mutiara di Lombok.Selain mutiara, Rosiana juga harus menyediakan bahan baku emas, perak dan stainless untuk merangkai mutiara menjadi aneka macam perhiasan.Menurut Rosiana, saat ini, harga mutiara cenderung turun. Tapi penurunannya, "Hanya berkisar ribuan rupiah saja," ujarnya. Omzet Rosiana pun ikutan turun. Pada 2008, dia mampu mengantongi pendapatan hingga Rp 40 juta perbulan, tapi kini hanya di kisaran Rp 27 juta-Rp 30 juta.Penyebab lainnya, nilai tukar rupiah yang tidak lagi perkasa melawan dollar Amerika Serikat (AS). "Pada 2008, nilai tukar lebih kuat. Saat dollar naik, penjualan mutiara turun," ungkapnya. Sekarang, rupiah bertengger di kisaran Rp 9.000 per dollar Negeri Paman Sam.Semua kondisi ini diperparah dengan melonjaknya harga emas. Sehingga, perhiasan mutiara yang terbuat dari emas sepi pembeli. "Bulan lalu, contohnya, tidak satupun mutiara dengan batang emas terjual," ungkap Rosiana.Selain pasar lokal, Rosiana juga menjual produk-produk perhiasan mutiaranya ke Australia, AS, Malaysia, dan Brunei Darussalam.Berbeda dengan M. Noor Satrio Nugroho yang terjun ke usaha perhiasan mutiara Lombok dengan bendera Mutiara Lombok. Nugroho yang memulai usahanya sejak tiga tahun lalu dan mengandalkan promosi melalui internet mengaku pendapatannya terus menanjak hingga Rp 50 juta per bulan.Soalnya, Nugroho fokus menggarap pasar dalam negeri. Dengan begitu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak mempengaruhi penjualan produk-produk perhiasan mutiara Lomboknya. "Selama tiga tahun, saya baru lima kali ekspor ke Amerika Serikat dan Singapura," ungkap dia. Nugroho menjelaskan, harga mutiara sangat bergantung dari ketebalan lapisan dan kemulusan ukuran mutiara.Baik Rosiana maupun Nugroho menjual dua jenis mutiara, yakni mutiara air tawar dan mutiara air laut. Harga mutiara air tawar lebih murah karena bentuknya tidak bulat sempurna dan tidak semengkilau dibandingkan mutiara air laut.Rosiana melego mutiara air tawar dengan harga Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per butir. Sementara, mutiara air laut, ia jual Rp 150.000 hingga Rp 3 juta per gram. Nugroho menjual mutiara air laut dengan harga Rp 35.000 per gram untuk kualitas rendah. Sementara, untuk kualitas menengah sampai tinggi, harganya mulai Rp 400.000 sampai jutaan rupiah per gram. Lalu, mutiara air tawar, ia jual seharga Rp 6.000 hingga Rp 200.000 per butir. "Sebanyak 90% pasar mutiara air tawar dunia dikuasai oleh China," kata Nugroho.Menjadi pengusaha perhiasan mutiara gampang-gampang susah. Sebab, pelakunya harus jago membedakan jenis mutiara. Untuk membedakan jenis mutiara perlu waktu belajar yang lama. Namun, ada cara mudah membedakan mutiara air tawar dan air laut. Biasanya, mutiara air laut tahan api, sedang mutiara air tawar lebih mudah terbakar tapi tidak sampai meleleh. "Kalau mutiara imitasi bila dibakar akan langsung meleleh," kata Rosiana. Tak hanya itu, untuk membedakan mutiara palsu dan asli juga bisa dilakukan dengan cara digigit. Mutiara asli, baik air tawar maupun air laut, jika digigit terasa pasir dan tidak akan bisa tergores. Adapun, mutiara yang palsu terasa licin dan mudah terkelupas. Lalu, dari mana mutiara berasal? Mutiara berasal dari kerang pincada yang banyak hidup di laut-laut di bagian selatan bumi, semisal Indonesia, Australia, Malaysia, India, dan Pakistan. Tapi, mutiara di masing-masing daerah punya ciri khas. Nugroho mengatakan, mutiara Lombok memiliki warna lebih kesusuan. "Di Indonesia, hanya mutiara Lombok yang warnanya seperti ini," ujarnya.Nugroho mengungkapkan, mutiara memang sangat pas dan tampak indah sebagai perhiasan, namun tidak cocok untuk investasi. Sebab, tidak ada standar yang jelas termasuk badan yang mengatur berapa standar harga mutiara. "Saat menjual lagi mutiara, belum tentu harganya lebih tinggi daripada ketika Anda membeli," kata Nugroho. Karena itu, kebanyakan pembeli mutiara hanyalah orang-orang yang benar-benar menyukai mutiara sebagai perhiasan.Meski begitu, Rosiana dan Nugroho sama-sama yakin prospek penjualan mutiara Lombok masih cerah. Buktinya, banyak bermunculan pemain baru.Hanya, selain masalah harga, pebisnis mutiara juga harus menghadapi ketidakpastian musim panen mutiara. Tentu saja, hak ini menyebabkan para pelaku usaha susah untuk menentukan kapan persediaan mutiara melimpah atau sedikit. "Saat tidak panen harga mahal, sehingga saya memilih tidak membeli," ujar Nugroho yang hanya membeli saat musim panen.