Penjualan pemasaran ASRI sudah 76% dari target



JAKARTA. Penjualan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) laris manis. Hingga pertengahan September 2013, ASRI sudah meraup marketing sales (pra penjualan) sebesar Rp 4,3 triliun. Angka ini setara 76% dari target setahun yang mencapai Rp 5,6 triliun.Penjualan residensial di Pasar Kemis, Tangerang, Banten menjadi salah satu lumbung ASRI. Hendra Kurniawan, Sekretaris Perusahaan ASRI bilang, permintaan dari empat kluster perumahan di Pasar Kemis yang diluncurkan 15 September lalu, lumayan tinggi. "Dari launching kluster ini, ASRI mendapat sekitar Rp 700 miliar," jelasnya kepada KONTAN, Kamis (19/9).Semula, lanjut Hendra, ASRI hanya menawarkan dua kluster di proyek Pasar Kemis, yakni Dhana dan Elysia. Tapi, kedua kluster dengan jumlah 683 unit itu habis diserbu pembeli. ASRI pun mendapatkan marketing sales senilai Rp 476 miliar.Lantaran kelebihan permintaan hingga 1,5 kali, ASRI meluncurkan dua kluster lagi yakni Fedora dan Giri. Dua kluster ini pun menghasilkan marketing sales sebesar Rp 225 miliar, dari 345 unit rumah.Bisnis ASRI tahun ini memang tengah naik daun. Maka itu, ASRI pun menambah alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) dari sebelumnya Rp 2,5 triliun menjadi Rp 3,2 triliun.ASRI juga merealisasikan rencana memperluas ekspansi di central business district (CBD) Jakarta. Melalui anak usaha,  PT Alfa Goldland Realty, ASRI mulai membangun perkantoran strata title bertajuk The Tower di Jalan Gatot Subroto. ASRI mematok harga unit di The Tower sebesar US$ 4.000 per meter persegi. ASRI yakin, meraup penjualan Rp 2 triliun dari proyek itu. Pembangunan diprediksi selesai dan diserahterimakan kepada konsumen akhir 2016.Tak sampai di sini, baru-baru ini, anak usaha ASRI, PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAI) menggaet pinjaman senilai Rp 300 miliar dari PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan tingkat suku bunga 9,25% per tahun. Pinjaman ini dialokasikan guna melanjutkan proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, yang menelan total anggaran hingga Rp 450 miliar.Di lokasi seluas 60 hektare (ha) tersebut, ASRI akan membangun taman budaya dan kawasan komersial. Penggarapannya diprediksi memakan waktu selama  tiga tahun.Meski giat berekspansi, ASRI cenderung konservatif menetapkan target. Sebab, pasar properti setelah kenaikan BI rate bakal tertekan. "Kami fokus dulu ke proyek yang sudah ada," kata dia.Menurut riset Morgan Stanley, permintaan yang cukup besar terhadap proyek residensial ASRI, cukup positif bagi ASRI di tengah perlambatan industri properti belakangan ini. Penjualan perkantoran CBD juga dinilai menjadi salah satu kunci utama ASRI untuk memperoleh target marketing sales tahun ini.David Sutyanto, analis First Asia Capital menambahkan, ASRI memang banyak mendulang untung dari kontribusi proyek Pasar Kemis. Namun, secara keseluruhan, cadangan lahan (landbank) ASRI terbilang mini dibandingkan emiten properti lain.Investor juga harus melihat risiko di ASRI, termasuk dampak dari kenaikan suku bunga. "Sektor properti masih akan tertekan ke depan. Investor juga agak takut, apakah Pasar Kemis akan benar-benar berhasil dalam jangka panjang," kata David.Belum lagi, ASRI memiliki utang dollar AS. Oleh karena itu, lanjut David, saat dollar menguat beberapa waktu lalu, harga saham ASRI ikut terdepresiasi. Meskipun, ASRI sudah menjaga utang dollar dengan lindung nilai (hedging), tetap saja faktor ini dinilai masih berisiko. David merekomendasikan buy on weakness saham ASRI dengan target harga Rp 1.000 per saham.Kemarin, harga saham ASRI turun 2,94% menjadi Rp 660 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yuwono Triatmodjo