SERANG. PT Pertamina (Persero) telah merilis Pertalite pekan lalu. Pertalite adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) berkadar
Researce Octane Number (RON) 90. BBM jenis baru ini akan mulai didistribusikan pada Mei mendatang. Penyaluran Pertalite akan dimanfaatkan Pertamina sebagai peralihan konsumsi BBM kadar RON 88 atau premium. Meski penyaluran premium tak dihentikan, Pertamina akan membatasi pasokan bensin di wilayah tertentu.
Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar bilang, harga Pertalite berada di
range harga jual Premium dan Pertamax, yakni Rp 8.000-Rp 8.300 per liter.
Catatan saja, harga bensin di luar Jawa, Madura, dan Bali Rp 7.300 per liter. Sementara harga premium di Jawa, Madura dan Bali Rp 7.400 per liter. Sedangkan harga Pertamax saat ini Rp 8.600 per liter. Masalahnya, peralihan premium ke pertalite diproyeksi sejumlah ekonom akan mendongkrak inflasi. Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai, penyaluran pertalite dapat menyumbang inflasi bulan April. Biasanya, adanya peralihan harga BBM, banyak pihak memanfaatkan kondisi itu untuk mengatrol biaya produksinya. Kondisi ini akan memicu kenaikan harga jual barang-barang yang diproduksinya. Lana memperkirakan, pada April ini akan ada inflasi bulanan mencapai 0,3%. "Itu dengan asumsi belum ada Pertalite. Jika sudah dipasarkan, ada tambahan inflasi 0,03%," kata Lana, Selasa (21/4). Sementara itu, Lana memproyeksi, inflasi bulan Mei akan lebih besar dibandingkan April. Sebab, pada periode itu merupakan masa persiapan puasa dan Lebaran. Karena itu, Lana mengingatkan pemerintah agar berhati-hati menerapkan peralihan konsumsi BBM. "Meski ada Pertalite, sebaiknya premium masih disediakan. Ini supaya masyarakat dapat menentukan pilihannya," tambahnya.
Hitungan Lana, laju inflasi hingga akhir tahun akan bertengger di level 6,97% dengan asumsi harga International Crude Price (ICP) mencapai US$ 70 per barel dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.000. Tapi, perhitungan ini hanya mempertimbangkan kenaikan harga BBM, belum termasuk tarif listrik, elpiji serta harga barang dan jasa lainnya. Ekonom Bank BCA David Sumual menghitung, pemasaran Pertalite akan menyumbang inflasi rendah, yakni 0,1% pada Mei mendatang. Tapi, jika penyaluran Pertalite turut membatasi pasokan Premium, inflasi diperkirakan bisa lebih besar, yakni 0,1%-0,3%. "Inflasi 0,3% itu kalau kenaikan harga BBM mencapai 10%. Jika dihitung kembali, harga Pertalite tidak sampai 10%, maka inflasi bisa di bawah kisaran tersebut. Jadi, tergantung pemerintah, apakah Premium dibatasi atau tidak,” kata David. Penyaluran Pertalite, lanjut David, juga akan mendongkrak nilai impor. Alhasil, defisit transaksi berjalan akan ikut membengkak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie