Penjualan ponsel China sokong ERAA



JAKARTA. Bisnis penjualan gawai PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) kian cemerlang. Perusahaan pengelola toko dengan merek dagang Erafone ini terus berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di 2017. Penjualan tertinggi dicetak oleh penjualan ponsel dan tablet.

Sepanjang semester I-2017, perusahaan ini berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp 11,06 triliun. Angka tersebut naik 6,69% dari periode yang sama tahun lalu yang sebanyak Rp 10,36 triliun. Hal tersebut juga mengerek laba bersih hingga 10,32% menjadi Rp 139 miliar.

Asal tahu saja, penjualan pada semester satu tersebut berhasil dicapai berkat adanya momen lebaran. Buktinya, penjualan di kuartal II-2017 melesat 14,06% dibandingkan dengan tiga bulan pertama 2017.


Tapi, walau mencetak hasil positif, ternyata realisasi tersebut masih di bawah ekspektasi para analis. Meski mengalami pertumbuhan laba sebesar dua digit dan lebaran terjadi di kuartal II-2017, tetapi ini masih di bawah ekspektasi target tahunan untuk ERAA, ungkap Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa dalam riset.

Mengacu pada hitungan Aditya, pada paruh pertama 2017, ERAA baru mengantongi sekitar 48,12% dari proyeksi pendapatan tahun ini dan sekitar 46,9% dari target laba bersih. Buat info, BCA Sekuritas memperkirakan selama 2017, ERAA bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 22,99 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 297 miliar.

Realisasi kinerja yang dibawah ekspektasi ini terjadi lantaran volume penjualan ERAA lebih rendah. Mengingat, peningkatan average selling price (ASP) berasal dari pada beberapa ponsel China, seperti Xiaomi dan Lenovo. Akhirnya, mau tidak mau, volume penjualan perusahaan menjadi lebih rendah dari periode sebelumnya.

Toh, Aditya masih optimistis kinerja ERAA akan positif. Salah satu katalis positif bagi ERAA, menurut dia, adalah penjualan ponsel ERAA masih bisa berkembang, mengingat penetrasi 4G di Indonesia baru sekitar 45%.

Namun Aditya mengingatkan perusahaan ini juga dibayangi sentimen negatif yang dapat mengikis penjualan. Yakni, perkembangan pasar online yang memberi kemudahan kepada konsumen. Lihat saja bagaimana penetrasi Tokopedia atau Bukalapak, yang kini berpeluang menjadi ancaman bagi pebisnis distributor ponsel tradisional seperti ERAA. Pasalnya, toko online mempermudah konsumen berbelanja.

Waspada biaya operasional

Sementara itu, Analis Bahana Sekuritas Richard Danusaputra, dalam riset 26 Juli 2017, meyakini peluncuran beberapa produk baru pada paruh kedua tahun ini bisa menjadi amunisi guna mengangkat kinerja ERAA. Beberapa ponsel pintar, seperti Samsung dan iPhone, rencananya segera membawa produk anyarnya masuk ke pasar Indonesia. Yaitu Galaxy Note 8 pada kuartal III-2017 dan iPhone 8 kemungkinan masuk di triwulan terakhir 2017.

Peluncuran produk baru tersebut diharapkan dapat mendukung ekspansi marjin ERAA. Mengingat, pangsa pasar kedua ponsel pintar tersebut termasuk golongan high-end. Tapi Richard yakin, pertumbuhan penjualan ponsel ERAA terbesar masih berasal dari Xiaomi yang banyak merilis seri terbaru di tahun ini.

Penjualan dari merek lainnya, seperti Oppo dan Vivo, turut menyokong penjualan di semester II-2017. Hal tersebut dibuktikan dari pencapaian pos usaha lain-lain menyumbang kenaikan signifikan, dari Rp 30,73 miliar menjadi Rp 80,33 miliar.

Richard menghitung, pada akhir 2017 nanti, penjualan ERAA masih bisa tumbuh 10% dari tahun lalu.

Serupa, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada pun yakin di enam bulan terakhir 2017 ERAA mampu mencatatkan kinerja positif. Apalagi, minat masyarakat terhadap ponsel masih tetap tinggi. Mungkin yang berubah hanya trennya. Dulu, lebih suka membeli ponsel mahal, sekarang banyak yang mulai beralih ke harga lebih murah, kata dia.

Namun ERAA perlu memperhatikan biaya operasional agar tak terkerek cukup tinggi. Karena itu, Reza merekomendasikan hold untuk saham ERAA di harga Rp 710 per saham. Sedangkan, Aditya memilih buy saham ERAA dengan target Rp 890 per saham. Richard pun merekomendasikan buy dengan target Rp 910 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini