Penjualan properti akan turun 15% sebelum Pemilu



JAKARTA. Memasuki tahun 2014, konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) memperkirakan sektor properti akan sedikit mereda karena dinamika ekonomi dan sosial-politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Secara umum tahun ini permintaan dan pertumbuhan harga properti bakal melambat dibanding tahun 2013. Di antara seluruh sektor properti, sektor yang penurunannya paling dalam adalah residensial dan perkantoran. "Penjualan residensial akan turun untuk sementara. Peluncuran proyek baru juga tidak sebanyak tahun 2013," jelas Head of Research JLL Anton Sitorus di Jakarta, Kamis (23/1).

Kenaikan harga memang masih berlanjut, namun tingkat pertumbuhannya terganjal penjualan yang melambat. Permintaan perkantoran juga menurun. Tapi, tingkat hunian stabil karena tambahan pasokan tidak banyak. Kondisi itu membuat pertumbuhan tarif sewa melambat. Sementara itu permintaan ruang ritel sebenarnya stabil, tapi proyek masih terbatas akibat moratorium mal di Jakarta. Makanya, tingkat hunian tetap berada di level yang sama seperti tahun lalu dan tarif sewa stagnan atau hanya naik tipis. Head of Strategic Consulting JLL Vivin Harsanto bilang, banyak pengembang akan menunda proyeknya, kecuali pengembang yang sudah mengantongi pembiayaan perbankan. "Yang lain masih mengkalkulasi ulang," ujar dia. Menurut proyeksi Vivin, penjualan properti bisa menurun 10%-15% sebelum pemilu. Sebagai gambaran, penjualan kondominium di Jakarta yang rata-rata 2.250 unit per kuartal bisa merosot menjadi 2.000 unit per kuartal. Akan tetapi, momen setelah pemilu bisa menjadi awal baru pertumbuhan pasar properti. Vivin optimistis penjualan bisa kembali terangkat 20% setelah pemilu. Namun, proyeksi itu tentu saja berdasar asumsi pemilu berjalan lancar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan