Penjualan properti LPKR bisa bergairah



JAKARTA. Banyak emiten properti yang mencatat marketing sales menurun pada tahun 2016. Salah satunya adalah PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang hanya mencatatkan marketing sales di bawah target.

Menurut riset Franky Rivan Mirae Asset Sekuritas mencatat property marketing sales LPKR di tahun 2016 sebesar Rp 1,2 triliun, atau hanya 24% dari target tahun lalu Rp 5 triliun. Rendahnya marketing sales ini membuat pendapatan properti LPKR hanya Rp 3 triliun, turun 11,2% dari tahun sebelumnya Rp 3,4 triliun. ”Penurunan ini di luar penjualan aset Lippo Mall Kuta sebesar Rp 761 miliar,” kata Franky.

Penurunan pendapatan dari sektor properti ini disebabkan lemahnya permintaan, mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan me-launching produk baru. Dua proyek besar Kemang Village dan Lippo Cikarang mencatatkan pendapatan di bawah target. Sebagai catatan Kemang Village dan Lippo Cikarang hanya membukukan pendapatan Rp 26 miliar dari Rp 749 miliar, dari target Rp 800 miliar dan Rp 2.400 miliar.


Tapi sentimen positif diperlihatkan dari tingkat kredit macet (NPL) dari kredit perumahan rakyat (KPR) yang turun menjadi 2,45% pada Desember 2016 dari Mei 2016 sebesar 2,84%. Penurunan tingkat kredit macet ini mengangkat pendapatan dari pengembang mengimbangi lemahnya marketing sales.

Dari laporan keuangan, total pendapatan LPKR pada tahun 2016 sebesar Rp 10,53 triliun, naik 18% dari Rp 8,91 triliun. Sementara laba bersih perseroan naik 19% menjadi Rp 1,22 triliun dari Rp 1,02 triliun di tahun sebelumnya. Sehingga laba per saham (EPS) naik menjadi Rp 38,75 dari Rp 23,51.

Analis JP Morgan Felicia Tandiyono juga mengamini lemahnya pra penjualan dan belum adanya proyek baru bisa menjadi tekanan terhadap kinerja operasional pengembang. Rata-rata emiten properti mengalami penurunan presales mencapai 26% pada tahun kemarin. ”Nah tahun ini ekspektasinya rebound, tapi kita menurunkan asumsi pertumbuhan dari 35% menjadi 24%,” katanya.

Dia menjelaskan pertumbuhan penjualan properti akan dirasakan di atas kuartal I. melihat program tax amnesty selesai pada akhir Maret ini, sehingga likuiditas pembeli properti akan bertambah. Selain itu pemotongan suku bunga KPR yang sudah dilakukan dari tahun 2016 juga bisa membawa sentimen positif ke marketing sales pengembang.

Dari saham LPKR sendiri, Felicia memberi catatan lemahnya penjualan presales dibanding developer lainnya membuat sahamnya under performed. Berdasarkan target manajemen seharusnya pre-sales LPKR tahun ini dapat meningkat mencapai 44%, walaupun baru bergairah pada semester kedua.

Sayangnya perusahaan terlalu bergantung pada pra penjualan blok dan Lippo Cikarang yang tidak berkelanjutan jangka panjang. LPKR belum juga meluncurkan produk baru sehingga belum ada sentimen positif ke depannya. Walaupun dari bisnis rumah sakit dan penyewaan ritel dapat meningkatkan neraca dan arus kas, melihat sifatnya yang recurring income.

Asal tahu saja, kontribusi pendapatan berdasarkan proyek modal besar seperti urban development dan large scale integrated development hanya memberi kontribusi 18,1% dan 12,8%. Paling besar kontribusinya berasal dari health care sebesar 52,9%. Sisanya dari hospitality dan retail malls

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto