KONTAN.CO.ID - BEIJING. China melaporkan pertumbuhan penjualan ritel dan output industri yang secara mengejutkan lebih lemah untuk bulan April 2019. Data ekonomi terbaru ini menambah tekanan pada China untuk meluncurkan lebih banyak stimulus karena tensi perang perdagangan dengan Amerika Serikat kembali meningkat. Mengutip Reuters, Rabu (15/5), penjualan pakaian jatuh untuk pertama kalinya sejak 2009, menunjukkan konsumen China lebih khawatir tentang prospek ekonomi negaranya bahkan sebelum kenaikan tarif AS pada Jumat pekan lalu, yang bakal memperbesar tekanan eksportir China. Secara keseluruhan, penjualan ritel di China naik 7,2% secara tahunan di bulan April 2019. Meski masih tumbuh namun kenaikan itu paling lambat sejak Mei 2003, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.
Pertumbuhan penjualan ritel bulan April 2019 tersebut lebih rendah dari bulan Maret 2019 yang tumbuh 8,7%. Juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 8,6%. Data menunjukkan konsumen China sekarang mulai mengurangi pengeluaran untuk produk sehari-hari seperti perawatan pribadi dan kosmetik, sembari terus menghindari barang-barang yang lebih mahal seperti mobil. “Penjualan ritel yang lemah sebagian akibat kemunduran dalam pekerjaan dan menurunnya pendapatan kelompok berpenghasilan menengah dan rendah,” kata Nie Wen, ekonom Hwabao Trust seperti dikutip Reuters. Ia menyebutkan, untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat sebagai penstabil ekonomi, Tiongkok mungkin akan meluncurkan pengurangan pajak untuk kelompok berpenghasilan menengah ke bawah.