Penjualan ritel mainan harus ikut tren online



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maraknya transaksi online mau tak mau mempengaruhi industri mainan. Menurut Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI), Sutjiadi Lukas, para penjual mainan di tingkat ritel harus berupaya menggarap bisnis di ranah online. "Hal tersebut sebagai upaya bentuk antisipasi," sebutnya kepada KONTAN (18/10). Seperti yang diketahui kondisi global saat ini beberapa ritel modern menutup toko-tokonya, ambil contoh Toys R Us yang mengajukan diri bangkrut baru-baru ini. Namun Sutjiadi belum melihat ada kekhawatiran produsen mainan offline akan menghadapi hal sama terjadi di Tanah Air.  "Sebab pangsa pasar di sini masih sangat besar," ucapnya. Indikatornya ialah, pertama jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai 4,5 juta jiwa per tahun. Kedua, pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih berada di strata menengah ke bawah. "Ini artinya kebutuhan mainan anak yang terjangkau masih besar," tukas Sutjiadi. AMI menaksir, setidaknya pasar mainan di Indonesia setiap tahun mencapai nilai Rp 1 triliun. Sutjiadi optimistis tahun ini pasar tersebut bisa meraup pertumbuhan kurang lebih sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional, yakni 5%. Saat ini produk boneka mendominasi pasar dengan porsi 40%, sisanya terdiri dari mainan plastik dan ragam lainnya. Porsi produk impor masih sangat besar, yakni hampir 65% sementara porsi lokal di kisaran 35%. Penjualan online, kata Sutjiadi, saat ini porsinya hampir 5% dan diprediksi meningkat sebesar 3% di tahun ini. Itu sebabnya, penjualan melalui online sudah sepantasnya dijalankan oleh peritel mainan agar penjualan bisa dipertahankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini