KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor ritel terhadap
saving bond ritel (SBR) dinilai masih akan terus bertumbuh. Optimisme tersebut muncul kala seri SBR009 terjual hingga Rp 2,25 triliun, Senin (17/2). SBR009 merupakan instrumen surat berharga negara (SBN) ritel pertama yang diterbitkan oleh pemerintah di tahun 2020. Seri ini berhasil menjangkau seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah investor mencapai 11.247. Usaha pemerintah dalam pengenalan produk guna memperdalam investor ritel dapat dikatakan berhasil jika melihat penjualan SBR sebelumnya. Pada seri SBR006 jumlah investor tercatat sebanyak 9.520, SBR007 sebanyak 9.956 investor, dan seri SBR008 sebanyak 10.219 investor.
Baca Juga: SBR009 laris manis diburu investor, volume pemesanan tembus Rp 2,25 triliun Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memproyeksikan prospek penerbitan SBR selanjutnya masih akan positif. Apalagi SBR menawarkan kesempatan
early redemption guna menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman para nasabahnya. “Sebagai alat instrumen investasi yang aman pasar ini akan terus digarap oleh pemerintah karena investor obligasi retail jumlahnya masih sedikit,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Senin (17/2). Pemerintah memberikan periode pengajuan
early redemption untuk seri SBR009 tertanggal 24 Februari 2021 hingga 4 Maret 2021 dengan nominal maksimal 50% dari setiap transaksi pembelian yang telah dilakukan pada masing-masing mitra distribusi.
Baca Juga: Makin melek investasi, generasi milenial paling banyak memburu SBR009 Ramdhan menambahkan, penawaran SBR yang dilakukan oleh pemerintah juga akan diminati berkat kejelasan penggunaan dana yang jelas dari pemerintah. Seperti SBR009 misalnya, pemerintah menuliskan penggunaan dana ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. “Hal ini memancing nasionalisme masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan karena SBR ini penggunaan dananya selalu memiliki tema seperti sekarang tentang SDM,” kata Ramdhan. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, bila pemerintah ingin lebih memperdalam pasar khususnya investor ritel, pemerintah harus menyesuaikan nominal awal yang terjangkau. “Saya melihatnya masih akan sangat positif terlebih jika penerbitan yang dilakukan pemerintah menyesuaikan dengan siklus pola pendapatan dan pengeluaran masyarakat khususnya milenial akan lebih baik,” ujar Fikri.
Baca Juga: SBR009 laris manis diburu investor, penjualan melewati target pemerintah Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual mengatakan permintaan terhadap SBN ritel mencerminkan minat pasar terhadap instrumen tersebut masih tinggi. Namun, David mengingatkan untuk frekuensi penerbitan SBN tidak boleh terlalu sering.
Pasalnya, selain menambah beban utang negara, jika SBN yang beredar terlalu tinggi dikhawatirkan dapat mengganggu likuiditas pasar. “Pemerintah harus menghindari
crowding out effect. Jika pemerintah terlalu banyak mengambil likuiditas dalam negeri maka akan berpengaruh pada kondisi likuiditas keseluruhan terutama imbal hasil,” pungkasnya. Setelah penerbitan SBR009, pemerintah sendiri berencana untuk menerbitkan lima seri SBN ritel lainnya pada tahun ini yakni, SR012, SBR010, ST007, ORI017, dan ST008. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati