JAKARTA. Sesuai dengan perkiraan, penjualan semen domestik pada 2008 menunjukan pertumbuhan yang baik. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, penjualan semen tahun lalu naik 11,5% menjadi 38,087 juta ton dibandingkan penjualan 2007 sebesar 34,174 juta ton. Pembangunan proyek properti kelas besar dari sejumlah pengembang menjadi pemicu kenaikan. Pada 2008, pengembang gencar membangun proyek-proyek besar seperti perumahan real estate dan bangunan tinggi. Pemicunya antara lain perolehan dana pembangunan proyek yang mudah pada awal 2008. di tambah, suku bunga bank terbilang rendah. “Kala itu, BI rate hanya 8,5% sementara harga komoditas primer juga melonjak. Akibatnya, banyak proyek-proyek besar berjalan,” kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Trimuryono, Rabu (14/1). Meski kondisi perekonomian nasional memburuk akibat krisis global pada kuartal keempat, nyatanya tak menyurutkan proyek-proyek yang tengah berjalan menjadi terhenti. Pengembang terus pada rencana semula dan imbasnya konsumsi semen hingga akhir tahun juga tetap menunjukan pertumbuhan. Data ASI menyebutkan, konsumsi semen domestik pada Desember naik 0,1% menjadi 3,125 juta ton. Angka ini terpangkas 3% dibanding penjualan November sebesar 3,265 juta ton. Namun, dari kinerja, ekspor semen pada 2008 anjlok 36% menjadi 4,9 juta ton dibandingkan 2007 sebesar 7,7 juta ton. Akibatnya, bila secara total, penjualan semen domestik dan ekspor pada 2008 hanya meningkat 2,5% menjadi 43,021 juta ton dari sebelumnya 41,952 juta ton di 2007. Penurunan ekspor, menurut Urip karena produsen mengubah strategi usahanya akibat krisis dengan memfokuskan pasokan produksi ke pasar domestik. Saat ini, kapasitas terpasang industri semen nasional per Desember 2008 mencapai sekitar 45 juta ton. Namun, Urip memperkirakan penjualan semen pada 2009 ini sedikit berbeda alias bakal stagnan. Itu akibat beberapa kondisi yang terjadi di akhir 2008 dan awal 2009. Salah satunya pengembang yang kesulitan mengerjakan proyek-proyek baru sebagai imbas kesulitan likuiditas bank. Penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,75% pada awal bulan ini juga tak berdampak positif. “Bank hanya mau memberikan kredit ke pengusaha-pengusaha properti tertentu saja. Proyek-proyek properti baru akan berkurang pada 2009,” ujar Urip. Demikian pula untuk program perumahan rakyat. Di mana, pemerintah melalui Kementrian Perumahan Rakyat menaikkan subsidi perumahan rakyat dari Rp 800 miliar menjadi Rp 2,5 triliun tak mampu mendongkrak konsumsi semen. Satu-satunya harapan pengusaha adalah proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan dana sekitar Rp 70 triliun untuk proyek infrastruktur seperti tanggul. Selain itu, pemerintah menambah anggaran untuk Departemen Pekerjaan Umum juga bertambah menjadi Rp 35 triliun. “Jadi kalau proyek-proyek pemerintah ini jalan mungkin penjualan semen pada tahun ini dapat stabil dibandingkan dengan 2008,” kata dia. Khusus pada Januari ini., Urip memperkirakan penjualan semen kembali melemah dibandingkan Januari 2007 yang tercatat sebesar 3,1 juta ton. Faktor cuaca buruk yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia membuat pengembang sulit mengerjakan proyek mereka. Presiden Direktur Bosowa Corp Erwin Aksa memperkirakan konsumsi semen pada Januari 2009 bakal terpangkas 30% dari Januari 2007. senada dengan Urip, penyebab penurunan konsumsi karena faktor cuaca yang membuat pembangunan proyek sulit berjalan. “Jadi permintaan sedikit menurun di awal tahun ini karena cuaca yang kurang baik untuk konsumsi. Tapi permintaan masih relatif stabil, artinya lebih baik daripada awal tahun 2008 yang lalu,”kata Erwin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penjualan Semen 2008 Naik 11,5%
JAKARTA. Sesuai dengan perkiraan, penjualan semen domestik pada 2008 menunjukan pertumbuhan yang baik. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, penjualan semen tahun lalu naik 11,5% menjadi 38,087 juta ton dibandingkan penjualan 2007 sebesar 34,174 juta ton. Pembangunan proyek properti kelas besar dari sejumlah pengembang menjadi pemicu kenaikan. Pada 2008, pengembang gencar membangun proyek-proyek besar seperti perumahan real estate dan bangunan tinggi. Pemicunya antara lain perolehan dana pembangunan proyek yang mudah pada awal 2008. di tambah, suku bunga bank terbilang rendah. “Kala itu, BI rate hanya 8,5% sementara harga komoditas primer juga melonjak. Akibatnya, banyak proyek-proyek besar berjalan,” kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Trimuryono, Rabu (14/1). Meski kondisi perekonomian nasional memburuk akibat krisis global pada kuartal keempat, nyatanya tak menyurutkan proyek-proyek yang tengah berjalan menjadi terhenti. Pengembang terus pada rencana semula dan imbasnya konsumsi semen hingga akhir tahun juga tetap menunjukan pertumbuhan. Data ASI menyebutkan, konsumsi semen domestik pada Desember naik 0,1% menjadi 3,125 juta ton. Angka ini terpangkas 3% dibanding penjualan November sebesar 3,265 juta ton. Namun, dari kinerja, ekspor semen pada 2008 anjlok 36% menjadi 4,9 juta ton dibandingkan 2007 sebesar 7,7 juta ton. Akibatnya, bila secara total, penjualan semen domestik dan ekspor pada 2008 hanya meningkat 2,5% menjadi 43,021 juta ton dari sebelumnya 41,952 juta ton di 2007. Penurunan ekspor, menurut Urip karena produsen mengubah strategi usahanya akibat krisis dengan memfokuskan pasokan produksi ke pasar domestik. Saat ini, kapasitas terpasang industri semen nasional per Desember 2008 mencapai sekitar 45 juta ton. Namun, Urip memperkirakan penjualan semen pada 2009 ini sedikit berbeda alias bakal stagnan. Itu akibat beberapa kondisi yang terjadi di akhir 2008 dan awal 2009. Salah satunya pengembang yang kesulitan mengerjakan proyek-proyek baru sebagai imbas kesulitan likuiditas bank. Penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,75% pada awal bulan ini juga tak berdampak positif. “Bank hanya mau memberikan kredit ke pengusaha-pengusaha properti tertentu saja. Proyek-proyek properti baru akan berkurang pada 2009,” ujar Urip. Demikian pula untuk program perumahan rakyat. Di mana, pemerintah melalui Kementrian Perumahan Rakyat menaikkan subsidi perumahan rakyat dari Rp 800 miliar menjadi Rp 2,5 triliun tak mampu mendongkrak konsumsi semen. Satu-satunya harapan pengusaha adalah proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan dana sekitar Rp 70 triliun untuk proyek infrastruktur seperti tanggul. Selain itu, pemerintah menambah anggaran untuk Departemen Pekerjaan Umum juga bertambah menjadi Rp 35 triliun. “Jadi kalau proyek-proyek pemerintah ini jalan mungkin penjualan semen pada tahun ini dapat stabil dibandingkan dengan 2008,” kata dia. Khusus pada Januari ini., Urip memperkirakan penjualan semen kembali melemah dibandingkan Januari 2007 yang tercatat sebesar 3,1 juta ton. Faktor cuaca buruk yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia membuat pengembang sulit mengerjakan proyek mereka. Presiden Direktur Bosowa Corp Erwin Aksa memperkirakan konsumsi semen pada Januari 2009 bakal terpangkas 30% dari Januari 2007. senada dengan Urip, penyebab penurunan konsumsi karena faktor cuaca yang membuat pembangunan proyek sulit berjalan. “Jadi permintaan sedikit menurun di awal tahun ini karena cuaca yang kurang baik untuk konsumsi. Tapi permintaan masih relatif stabil, artinya lebih baik daripada awal tahun 2008 yang lalu,”kata Erwin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News