KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester kedua 2021, penjualan semen nasional diperkirakan bakal lebih moncer. Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menyebut, penjualan semen bisa tumbuh di semester kedua dengan asumsi tidak adanya pembatasan sosial yang lebih ketat ke depan. Mirae Asset Sekuritas mencatat bahwa konsumsi semen domestik pada kuartal pertama tahun ini belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama karena permintaan semen curah (semen
bulk) yang masih lesu. Meskipun pertumbuhan konsumsi semen domestik secara kumulatif hanya sekitar 2% secara
year-on-year sepanjang kuartal I-2021, pertumbuhan permintaan di bulan Maret saja sebenarnya sudah cukup cukup tinggi. Pertumbuhan di bulan Maret mencapai 11,4% YoY, sebuah angka pertumbuhan yang cukup menggembirakan.
Baca Juga: IHSG anjlok 1,16% ke 5.999 pada akhir perdagangan Selasa (8/6) Kuartal kedua biasanya merupakan musim sepi terhadap permintaan semen. Karena umumnya, hari kerja akan lebih sedikit di kuartal ini. Namun, konsumsi semen domestik sepanjang dua kuartal kedua tahun ini mungkin akan tumbuh positif karena adanya efek dasar (
low base) yang rendah. Meski demikian, kenaikan harga komoditas energi yakni batubara, dapat menjadi catatan tersendiri bagi industri semen. Hal ini karena sebagian besar beban pokok perusahaan semen merupakan komponen biaya energi, sehingga dikhawatirkan kenaikan harga batubara akan menggerus margin profitabilitas perusahaan semen. “Sebelumnya, kami meyakini margin profitabilitas akan meningkat seiring dengan pemulihan volume. Namun, pemulihan ekonomi global telah mendorong naiknya harga batubara yang kemungkinan akan berdampak negatif terhadap margin keuntungan perusahaan semen,” tulis Mimi dalam riset, Senin (7/6). Namun, Mimi meyakini bahwa dengan adanya efisiensi biaya, ditambah dengan potensi rebound volume di paruh kedua tahun ini, dapat membantu memitigasi kenaikan harga batubara.
Baca Juga: BUMN Karya dengan utang paling kecil, Adhi Karya (ADHI) tidak merestukturisasi utang Mimi mempertahankan rekomendasi
overweight di sektor semen. Sebab, semester kedua akan menjadi musim yang lebih menguntungkan terhadap permintaan semen. Adapun rekomendasi di sektor ini adalah beli (
buy) saham PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) dengan target harga Rp 12.500 dan
trading buy saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) dengan target harga Rp 14.600.
Risiko adanya gap yang lebar antara pasokan dan permintaan di pasar akan tetap ada. Namun, SMGR dan INTP sebagai dua produsen semen teratas di Indonesia diyakini telah cukup matang dalam menghadapi kondisi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi