KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sentra Food Indonesia Tbk (
FOOD) menorehkan kinerja yang kurang menggembirakan di tahun lalu. Pandemi Covid-19 yang menerpa Indonesia sejak awal tahun 2020 membuat FOOD kehilangan banyak pelanggannya dari sejumlah segmen pasar. Sepanjang 2020, FOOD membukukan penjualan sebesar Rp 94,56 miliar di tahun 2020. Angka itu menyusut 25,10% secara tahunan atau yoy dari torehan di 2019 senilai Rp 126,25 miliar. Penyusutan tersebut meliputi penjualan daging olahan turun sebanyak 18,89% yoy menjadi Rp 58,51 miliar dan penjualan daging mentah turun sebesar 33,38% yoy menjadi Rp 36,04 miliar. "Faktor yang melatarbelakangi turunnya penjualan sebesar Rp 25,10% adalah kondisi pandemi Covid-19 di mana pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat perseroan banyak kehilangan pelanggan dari segmen pasar hotel, restaurant dan kafe (Horeka)," ungkap Direktur Utama Sentra Food Indonesia, Agustus Sani Nugroho, Senin (31/5) lalu.
Tak hanya Horeka, penurunan penjualan juga terjadi pada segmen pasar lain yakni segmen ritel. Agustus menyebut, pandemi Covid-19 telah menekan daya beli masyarakat, yang ditambah dengan merebaknya PHK dan tutupnya sejumlah lapangan usaha yang membuat produk daging olahan sepi pembeli. " Sementara dari segmen pasar ritel juga mengalami penurunan, namun memang penurunannya tidak sebanyak penurunan di segmen Horeka," sambungnya.
Baca Juga: Sentra Food Indonesia (FOOD) berharap kinerjanya sama seperti tahun lalu Di tengah melorotnya kinerja FOOD di tahun lalu, Agustus bilang pihaknya tetap berusaha meraih setiap peluang yang ada untuk menambal penurunan yang terjadi. Di antaranya dengan melakukan pengembangan terhadap segmen pasar daring dan juga inovasi produk baru. Namun lagi-lagi, segmen pasar daring diakui Agustus belum berkembang secara signifikan, sehingga belum berhasil menutupi penurunan penjualan yang terjadi pada segmen pasar yang telah ada sebelumnya. Untuk mempertahankan posisi keuangan selama pandemi Covid-19, FOOD juga disebut telah melakukan sejumlah langkah strategis berupa efisiensi biaya di berbagai divisi PT Kemang Food Industries, yang merupakan anak usaha operasional perseroan. "Seperti di divisi marketing, personalia dan produksi terlihat dengan penurunan biaya dibandingkan tahun lalu," kata dia. Namun demikian, tetap ada pengeluaran tak terduga yang tidak bisa dihindari oleh perseroan. Seperti misalnya kelangkaan bahan baku serta fluktuasi harga selama pandemi yang membuat biaya operasional perusahaan pun ikut meningkat. "Terdapat pengeluaran bahan baku seperti pembelian bahan baku daging dan tepung yang mengalami kenaikan karena sempat terjadi kelangkaan bahan baku selama pandemi, dan harga bahan baku yang masih berfluktuasi," sambungnya.
Selain itu, di masa pandemi juga terdapat piutang pelanggan yang tidak dapat tertagih, sehingga harus dicadangkan dan dihapuskan. Alhasil, menimbulkan biaya penghapusan piutang yang cukup besar sekitar Rp 5 miliar. Dampak pandemi Covid-19 pun berlanjut hingga tahun 2021. Agustus bilang, kinerja FOOD di kuartal I-2021 belum terlihat membaik jika dibandingkan realisasi di tahun sebelumnya. Meskipun kondisi masih cukup berat, FOOD tetap optimistis dapat membalikkan keadaan menjadi lebih baik di tahun ini.
Tak muluk-muluk, Agustus berharap FOOD bisa mempertahankan kinerjanya seperti di tahun lalu. Demi memuluskan target bisnisnya di tahun ini, FOOD pun menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 2 miliar. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk melakukan peningkatan dari sisi kinerja operasional perusahaan. "Akan digunakan untuk perbaikan gedung produksi untuk mendapatkan sertifikat ISO 2018, epoxy lantai, instalasi mesin smoked house baru dengan menggunakan bahan bakar gas, mesin cetak beef paties dan rencana pembelian beberapa mobil distribusi dan operasional. Pendanaannya berasal dari penerimaan operasional Perseroan," jelas Agustus. Adapun, di tahun lalu FOOD masih harus menanggung kerugian bersih senilai Rp 15,21 miliar. Padahal di tahun 2019, FOOD masih meraup laba hingga Rp 1,37 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi