JAKARTA. Masa Penawaran Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk negara sudah mencapai tahap akhir. Hari ini (21/8), pemerintah sudah menutup masa penawaran sukuk dan mulai menghitung hasilnya. Nah mulai besok, sukuk akan masuk masa penjatahan.Sejumlah manajer investasi, bank-bank syariah dan institusi besar mengaku turut berpartisipasi membeli sukuk. "Semua manajer investasi pasti berminat membeli sukuk ini," kata Priyo Santoso, Direktur Manager Investasi Danareksa Investment Management. Dengan kisaran yield sebesar 12%, semua MI yang memiliki produk berbasis syariah pasti berminat. Sayang Priyo tak bersedia memberikan kisaran yang diambilnya. "Yang jelas, kami ikut," kata Priyo.Sementara itu, Head of Asset Management Manager Investasi PT Megacapital Indonesia Sugeng Sugiharto bilang, Mega Capital ambil bagian dengan membeli Rp 10 miliar sukuk. "Kami ikut membeli, tapi memang tidak banyak," katanya. Jumlah itu, disesuaikan dengan fund atau produk syariah yang dimiliki Mega Capital. Sugeng mengatakan, ia minta yield 11,75% dan memilih yang jangka waktunya 7 tahun. "Tujuannya agar tidak terlalu volatile dan lebih likuid," terang Sugeng.
Hal yang sama disampaikan Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Eddy Praptono. "Dapen Telkom ikut ambil bagian meski tidak besar," katanya. Dia menjelaskan, Dapen Telkom mengambil sukuk yang memiliki waktu jatuh tempo lebih panjang yaitu 10 tahun. Sementara yield yang diminta 12%. "Dapen yang lain juga ikut membeli," katanya. Sayang, Eddy enggan mengungkapkan jumlahnya. Sementara itu, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Abiprayadi Riyanto lebih memilih sukuk dengan jangka pendek. "Selain karena likuiditas, kami juga sesuaikan dengan portofolio durasi produk kami," kata Abiprayadi. Ia juga menjelaskan, Mandiri turut membeli sukuk ini dalam jumlah yang cukup besar. Tapi, "Saya tidak bisa bilang berapa, yang jelas yield yang kami minta 12%," paparnya. Penjualan melampaui target