Penjualan supermarket diprediksi masih lemah pada 2021, berikut penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings memprediksi, permintaan terhadap retailer besar (supermarket dan hypermarket) akan tetap lemah pada tahun 2021. Pasalnya, peningkatan kasus positif Covid-19 yang terjadi belakangan ini memungkinkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat kembali diterapkan.

Sebaliknya, retailer sejenis minimarket justru memiliki prospek pemulihan yang lebih baik pada tahun depan. Mengingat, minimarket cenderung memiliki kedekatan jarak yang dengan end-buyer.

Bukitnya, data Nielsen yang dikutip dari laporan Fitch, Rabu (2/12) menunjukkan, belanja pada minimarket tumbuh 6% year on year sepanjang Januari-September 2020. Sebaliknya, belanja pada supermarket dan hypermarket merosot 9,5% secara tahunan.


Merespons hal ini, Sekretaris Perusahaan pengelola Hypermart dan Foodmart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) Danny Kojongian mengatakan, prospek penjualan pada tahun 2021 memang masih belum akan pulih 100% seperti sebelum pandemi. Terlebih lagi, angka penularan Covid-19 saat ini masih tinggi.

Baca Juga: Kinerja emiten ritel tertekan hingga kuartal ketiga, simak rekomendasi sahamnya

"Namun, kami optimistis bila vaksin mulai tersedia pada kuartal pertama 2020, maka prospek pada kuartal-kuartal berikutnya akan membaik," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (4/12). Untuk menghadapi potensi pelemahan lanjutan, MPPA akan meneruskan strategi yang telah dijalankan selama tahun 2020.

Pertama, MPPA akan berusaha semaksimal mungkin menjaga operasional toko-toko fisik dengan ragam barang yang memang diperlukan oleh konsumen. Kedua, MPPA akan mengembangkan dan memperluas penjualan secara online lewat kerja sama dengan mitra-mitra operator marketplace terkemuka di Indonesia.

"Saat ini, selain Chat & Shop by WA dan e-commerce Hypermart Online yang dimiliki oleh MPPA, kami juga telah menggelar kerja sama toko virtual dengan GrabMart dan Shopee," tutur Danny. Tak ketinggalan, MPPA juga akan terus mengawasi ketat seluruh efisiensi biaya.

Bernada serupa, Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian menilai, prospek emiten supermarket memang terganggu dengan adanya minimarket. Oleh karena itu, ia memperkirakan, pertumbuhan penjualan supermarket akan cenderung melemah.

Baca Juga: Minimarket kebal krisis, pendapatan Alfamart (AMRT) dan Alfamidi (MIDI) tetap naik

Apalagi, retailer besar juga mendapat tantangan dari maraknya penjualan melalui e-commerce. Sebagaimana diketahui, terjadi pergeseran kebiasaan masyarakat yang saat ini lebih memilih berbelanja secara online.

Memang, setiap peretail besar sudah memiliki platform belanja online masing-masing. Akan tetapi, menurut Robert, porsinya masih kecil. "Sementara penetrasi e-commerce sudah cukup tinggi," kata Robert.

Laporan Fitch menunjukkan, penjualan online sebagai bagian dari total penjualan MPPA, PT Hero Supermarket Tbk (HERO), dan PT Sumber Alfaria Triyaja Tbk (AMRT) masih kurang dari 5%. Oleh karena itu, Robert menilai, saham-saham tersebut kurang menarik untuk dikoleksi. "Sahamnya juga kurang likuid. Untuk itu, saya rasa sebaiknya dihindari dulu," ucap dia.

Meskipun begitu, Robert optimistis penjualan peretail besar tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Pasalnya, vaksin Covid-19 akan didistribusikan dalam waktu dekat dan supermarket tetap bisa beroperasi meski PSBB.

Baca Juga: Terpukul Covid-19, Matahari tutup 7 gerai dan merugi Rp 616,61 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati