Penjualan Truk Melambat, Kebijakan Relaksasi Impor Truk Bekas Jadi Penyebab



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kendaraan niaga nasional saat ini mengalami penurunan yang signifikan, seiring dengan terpuruknya sektor kendaraan penumpang. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini adalah kebijakan relaksasi impor truk bekas yang diberlakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (penjualan dari pabrik ke dealer) truk nasional merosot 23% secara year on year (YoY) menjadi 31.089 unit pada Januari-Juni 2024. 

Penurunan paling signifikan terjadi pada truk dengan gross vehicle weight (GVW) di atas 24 ton, dengan penurunan sebesar 32% yoy menjadi 7.422 unit.


Penurunan penjualan truk ini berkaitan erat dengan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 8/2024. 

Peraturan yang mulai berlaku sejak 17 Mei 2024 ini mengizinkan impor truk bekas untuk kebutuhan khusus, seperti pertambangan, dengan berat lebih dari 24 ton dan usia maksimal 20 tahun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi produsen truk nasional.

Baca Juga: Pameran GIIAS 2024 Mengungkit Penjualan Mobil Baru

PT Krama Yudha Berlian Motors (KTB), sebagai agen pemegang merek (APM) Mitsubishi Fuso, melaporkan penurunan penjualan wholesales sebesar 22,7% yoy menjadi 13.223 unit pada semester I-2024. 

Aji Jaya, Sales & Marketing Director Krama Yudha Tiga Berlian Motors, menyatakan bahwa kebijakan relaksasi impor truk bekas ini jelas mempengaruhi kinerja penjualan mereka, serta memicu persaingan yang tidak sehat di pasar kendaraan komersial. 

"Di samping itu, truk bekas juga tidak memberikan dukungan layanan purnajual kepada konsumen seperti yang biasa kami berikan," ujar dia, Senin (5/8).

Di samping tantangan dari impor truk bekas, kondisi ekonomi nasional yang belum stabil juga berdampak pada penjualan Mitsubishi Fuso. 

Harga komoditas pertambangan yang masih belum pulih sepenuhnya mengakibatkan permintaan truk dari sektor tersebut cenderung stagnan. 

Namun, Mitsubishi Fuso tetap optimis bahwa penjualan truk akan meningkat pada semester kedua 2024, terutama dari sektor logistik dan perkebunan sawit.

Untuk menghadapi ancaman impor truk bekas, Mitsubishi Fuso menawarkan model Fighter X Mining Equipment yang dirancang khusus untuk kebutuhan industri pertambangan. 

Di sisi lain, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) juga merasakan dampak dari kebijakan relaksasi impor truk bekas dan maraknya truk impor asal China di sektor tambang. Penjualan wholesales Isuzu turun 13,1% yoy menjadi 14.033 unit pada semester I-2024.

Attias Asril, Business Operation & Strategy Division Head IAMI, menegaskan bahwa Isuzu akan fokus pada peningkatan aspek penjualan, suku cadang, dan servis untuk mempertahankan daya saing di tengah serbuan truk bekas impor. 

Isuzu juga memperkuat layanan purnajual dengan menyediakan suku cadang yang selalu tersedia dan meningkatkan kualitas layanan servis.

Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknik Bandung (ITB), menyatakan bahwa penurunan kinerja pasar truk sangat berkaitan dengan perlambatan permintaan di sektor industri pertambangan dan perkebunan. 

Baca Juga: Hati-hati Kualitas Kredit Kendaraan Bermotor Kian Membengkak

Pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,05% pada kuartal II-2024 juga mengindikasikan pelemahan aktivitas bisnis secara umum, yang berdampak pada penjualan truk. 

Menurutnya, kebijakan relaksasi impor truk bekas menambah tekanan bagi industri truk dalam negeri. 

Konsumen mungkin tertarik dengan truk bekas impor karena spesifikasinya yang serupa dengan truk baru, namun dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga memaksa produsen lokal untuk menurunkan harga jual yang pada akhirnya dapat mengurangi margin keuntungan.

"Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan yang dapat melindungi industri truk nasional dari persaingan yang tidak sehat dan mendorong penggunaan truk lokal," pungkas dia, Senin (5/8).    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .