Penni dan Lulu berdayakan pemuda melalui sepatu



Berawal dari penolakan desain, Lulu Sayyidatu bersama suaminya, Penni Ahlani, menjajal bisnis pembuatan sepatu buatan tangan. Ia mengajak beberapa pemuda di sekitar kompleks Padasuka Indah, Cimahi, Bandung, untuk membuat sepatu. Meski baru skala industri rumahan, produk Mimosabi sudah digemari pasar di luar negeri. Lulu Sayyidatu mulai memproduksi sepatu handmade sejak April 2007. Setelah mantap pada pilihannya, menjadi pengusaha, Lulu yang pada waktu itu adalah seorang karyawan bank, memutuskan keluar bekerja untuk mengembangkan usaha yang dirintis dengan sang suami. Lantas, ia pun merekrut tujuh pemuda di sekitar rumahnya untuk memproduksi sepatu. Para pemuda yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini biasanya menganggur atau hanya menjadi pengamen. Bersama suami, Lulu melatih mereka untuk membuat sepatu handmade. Berkat usaha ini, para pemuda itu memperoleh penghasilan tetap. Mengusung merek Mimosabi, Lulu menjual beragam model sepatu. Mulai dari flat shoes, high heels, dan wedges. Pada awal berdiri, Mimosabi hanya mengeluarkan 50 desain produk. Tiga tahun berlalu, Lulu sudah meluncurkan hingga 170 desain sepatu. "Selain itu, kami juga mengeluarkan koleksi tambahan, seperti sneakers, kids shoes, dan sandal," tutur Lulu. Ia mengaku tak menemui kesulitan ketika merintis usahanya. Meski persaingan kian ketat dan produk Mimosabi relatif lebih mahal, sepatu buatan Lulu cukup digemari. Maklum, produk Mimosabi memiliki ciri khas dan berbeda dengan produk lainnya. Produk itu menggunakan aplikasi kain perca, mute, dan jelujur tangan. Lulu bilang, harga sepatu lebih mahal, karena memakai bahan baku kanvas. Buktinya, delapan bulan sejak Mimosabi meluncur di pasaran, Lulu mendapatkan pesanan dari beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, dan Swedia. Meski jumlahnya tidak terlalu besar, lanjut Lulu, ini adalah gerbang Mimosabi untuk melangkah ke pasar ekspor. Pada tahun pertama usaha ini berdiri, Lulu mampu mendulang omzet sekitar Rp 30 juta hingga Rp 45 juta per bulan. Nah, setelah sepatunya makin laris, Lulu bisa mendulang omzet hingga Rp 165 juta per bulan. Kini, Lulu juga memiliki pelanggan tetap dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Setidaknya, 1.000 pasang sepatu dikirimkan untuk ketiga negara tersebut dalam sebulan. Seiring meningkatnya pesanan sepatu Mimosabi, Lulu pun memberikan order kepada beberapa perajin di Bandung. Bahkan, ada satu desa di Bandung yang khusus mengerjakan pesanan sepatu Mimosabi. Sayang, Lulu enggan menyebutkan nama desa tersebut. Berkat pesanan sepatu dari Lulu itu, pendapatan warga desa itu pun bertambah. Dalam bisnis selalu ada pasang surutnya. Lulu juga pernah mengalami masa-masa sulit. Ketika itu, penjualannya sempat menurun hingga 60%. "Alhamdulillah, bisa kita antisipasi dengan mengeluarkan desain-desain baru dan strategi pemasaran baru," kata Lulu. Tak mau sendiri menangguk keuntungan, Lulu membuka kesempatan untuk menjadi distributor. Lulu optimistis, prospek sepatu handmade ini cukup bagus. Apalagi dengan ciri khasnya, daya jual sepatu Mimosabi, cukup tinggi. Di tengah persaingan, produk Mimosabi pun tetap bertahan. "Karena produk handmade ini bukan produk musiman," kata Lulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi