KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas bekerja dan belajar dari rumah berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah pemirsa televisi. Data Nielsen Television Audience Measurement (TAM) per 23 Maret 2020 menunjukkan, dari hasil pantauan di 11 kota, rata-rata
rating setara dengan penambahan sekitar 1 juta pemirsa TV. Durasi menonton TV juga meningkat hampir satu jam lebih lama. Kondisi ini memberikan peluang untung bagi emiten media seperti PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).
MNCN di tengah pandemi Covid-19
MNCN menyatakan banyak advertiser yang ganti strategi. Semua
campaign off air dibatalkan dan dipindah ke TV serta media digital, terutama
free streaming service. Saat ini, kebanyakan
advertiser MNCN, anggota indeks
Kompas100 ini, adalah perusahaan-perusahaan barang
fast moving consumer goods, farmasi dan
e-commerce.
MNCN juga masih menghasilkan konten segar dengan mengalihkan program luar ruangan ke set studio sambil menerapkan langkah-langkah untuk meminimalkan penyebaran covid-19. Guna meningkatkan pendapatan iklan pada tahun ini, melalui pemanfaatan iklan
non-time consuming (NTC), MNCN menaikkan harga iklan sebesar 10% pada kuartal I-2020. Emiten ini juga mengenakan tambahan 15% pada kuartal II-2020. Namun kami melihat ini bisa menjadi ancaman bagi persaingan harga media di tengah pandemi Covid-19. Di sisi lain, MNCN makin gencar menggenjot monetisasi pustaka konten berbasis sponsor melalui platform media sosial, seperti Youtube dan Facebook. Monetisasi Youtube pada 2020 berpotensi tumbuh signifikan karena perseroan telah meningkatkan durasi konten per unggah menjadi minimal 10 menit. Hal tersebut memungkinkan Youtube untuk menjual lebih dari 1 slot iklan pada konten MNCN, dengan memanfaatkan peningkatan jumlah
subscribers. Kami melihat MNCN masih akan mebukukan kinerja positif selama 2020 ini meskipun ada risiko perusahaan-perusahaan yang biasanya beriklan di televisi akan memangkas anggaran promosi mereka. Saham MNCN pada perdagangan Kamis (30/4) berhasil menguat 2,23% ke harga Rp 915. Secara teknikal, kami melihat peluang trading jangka pendek dari saham MNCN karena telah berhasil
break out dari
resistance di area 910. Terlihat lonjakan volume sejak kemarin yang menandakan ada potensi saham akan bergerak menguat ke area MA 20 di harga 1.000. Trader dapat mengoleksi saham MNCN dengan area beli 905-915 sebagai saham
swing trading. Jual jika harga turun dari 875 untuk pembatasan risiko. Perkiraan
profit taking di kisaran 1000.
Kinerja terdongkrak iklan
Di 2019 lalu, MNCN mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 45,84% ditopang oleh pendapatan iklan baik segmen digital maupun non digital. Sementara itu laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk MNCN sepanjang 2019 mencapai Rp2.23 triliun, naik signifikan dibanding laba tahun sebelumnya sebesar Rp1.53 triliun. Pendapatan utama berasal dari segmen iklan non digital sebesar Rp7,36 triliun, kemudian diikuti segmen bisnis konten Rp 1,74 triliun, segmen iklan digital Rp 697,39 triliun, dan segmen lainnya Rp113,91 triliun. Pendapatan konten dan digital meningkat didorong oleh peningkatan pendapatan YouTube dan RCTI +. Di sisi lain, perseroan berhasil menekan liabilitasnya sebanyak 6,78%. Per akhir 2018, MNCN tercatat memiliki kewajiban Rp 5,67 triliun. Sedangkan per akhir 2019 susut menjadi Rp 5,31 triliun. Adapun, liabilitas tersebut terdiri atas Rp 2,13 triliun liabilitas jangka pendek dan Rp 3,17 triliun liabilitas jangka panjang. Sementara itu total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk perseroan juga tercatat naik 17,88%, dari semula Rp 9,86 triliun menjadi Rp 11,62 triliun. Saat ini MNCN diperdagangkan dengan PER 5,86 kali; PBV 1,04 kali; dan EPS 156,18. Ingin tahu di mana saja peluang dan saham-saham potensial di tengah penurunan IHSG saat ini? Temukan jawabannya di aplikasi EMTrade!
Salam profit.
Disclaimer: Setiap pembahasan saham dalam artikel ini bersifat sebagai referensi / bahan pertimbangan, dan bukan merupakan perintah beli / jual. Setiap keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Harris Hadinata