Pentagon: Jet China Melakukan Manuver Agresif di Dekat Pesawat Militer AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat mengatakan, sebuah jet tempur China melakukan manuver agresif yang tidak perlu di dekat pesawat militer AS di atas Laut China Selatan di wilayah udara internasional.

Melansir Reuters, dalam sebuah pernyataan, komando militer Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas Indo-Pasifik mengatakan pesawat J-16 China melakukan manuver minggu lalu dan menyebabkan pesawat RC-135 AS mengalami turbulensi saat terbang.

"Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi - dengan aman dan bertanggung jawab - di mana pun hukum internasional mengizinkan," demikian pernyataan resmi militer AS.


Sebuah video menunjukkan jet tempur melintas di depan hidung pesawat AS dan kokpit RC-135 bergetar dalam turbulensi.

Kedutaan China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Di masa lalu, China mengatakan bahwa tindakan Amerika Serikat mengirim kapal dan pesawat ke Laut China Selatan tidak baik untuk perdamaian.

Baca Juga: Apakah Indonesia Termasuk dalam 10 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia 2023?

Aksi seperti itu kadang-kadang terjadi. Pada bulan Desember, sebuah pesawat militer China hanya berjarak 10 kaki (3 meter) dari pesawat Angkatan Udara AS dan memaksanya melakukan manuver mengelak untuk menghindari tabrakan di wilayah udara internasional.

Pertemuan itu mengikuti apa yang disebut Amerika Serikat sebagai tren baru-baru ini tentang perilaku yang semakin berbahaya oleh pesawat militer China.

Insiden itu terjadi sebelum China menolak permintaan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin untuk bertemu di sela-sela KTT Keamanan Asia Dialog Shangri-La di Singapura minggu ini.

Seorang pejabat senior pertahanan AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa sejak 2021 China telah menolak atau tidak menanggapi lebih dari selusin permintaan untuk berbicara dengan Pentagon.

Baca Juga: Mengenal Rudal S-350 Vityaz Rusia, Pesaing Rudal Patriot AS

Hubungan antara China dan Amerika Serikat tengah tegang, dengan adanya gesekan di antara dua negara terbesar dunia atas segala hal, mulai dari Taiwan dan catatan hak asasi manusia China hingga aktivitas militernya di Laut China Selatan.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie