KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak yang berpikir setelah ikut BPJS Kesehatan, tidak perlu lagi asuransi penyakit kritis, khususnya HIV/AIDS. Itu pemahaman yang keliru, karena keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Perencana Keuangan Zielts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, penetrasi asuransi masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah, baik itu BPJS Kesehatan maupun asuransi penyakit kritis. Meski telah ikut BPJS Kesehatan ia menyarankan masyarakat juga membeli produk asuransi kritis. Secara perhitungan psikologis maupun ketenangan batin, setiap orang punya potensi terkena penyakit kritis yang barasal dari kalangan keluarga, teman hingga tetangga. Apalagi jenis penyakit ini paling membebani secara finansial demi membayar kebutuhan pengobatan, biaya keluarga sampai ke pemeriksanaan. “Tentu saja penting memiliki asuransi penyakit kritis karena tidak ada yang berharap untuk mendapatkan klaim penyakit ketika kondisi sehat. Tapi ketenangan batin yang mereka dapatkan saat membeli polis adalah aspek non-finansial,” kata Gozali kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu. Menurutnya, melalui asuransi penyakit kritis seperti HIV/AIDS, uang pertanggungan bisa diambil ketika nasabah terserang penyakit kritis sesuai kesepakatan polis di awal. Adapun uang klaim yang dibayarkan bukan hanya untuk pengobatan, tetapi juga biaya non-medis lainnya yang berpotensi membengkak.
Pentingnya masyarakat memiliki produk asuransi kritis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak yang berpikir setelah ikut BPJS Kesehatan, tidak perlu lagi asuransi penyakit kritis, khususnya HIV/AIDS. Itu pemahaman yang keliru, karena keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Perencana Keuangan Zielts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, penetrasi asuransi masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah, baik itu BPJS Kesehatan maupun asuransi penyakit kritis. Meski telah ikut BPJS Kesehatan ia menyarankan masyarakat juga membeli produk asuransi kritis. Secara perhitungan psikologis maupun ketenangan batin, setiap orang punya potensi terkena penyakit kritis yang barasal dari kalangan keluarga, teman hingga tetangga. Apalagi jenis penyakit ini paling membebani secara finansial demi membayar kebutuhan pengobatan, biaya keluarga sampai ke pemeriksanaan. “Tentu saja penting memiliki asuransi penyakit kritis karena tidak ada yang berharap untuk mendapatkan klaim penyakit ketika kondisi sehat. Tapi ketenangan batin yang mereka dapatkan saat membeli polis adalah aspek non-finansial,” kata Gozali kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu. Menurutnya, melalui asuransi penyakit kritis seperti HIV/AIDS, uang pertanggungan bisa diambil ketika nasabah terserang penyakit kritis sesuai kesepakatan polis di awal. Adapun uang klaim yang dibayarkan bukan hanya untuk pengobatan, tetapi juga biaya non-medis lainnya yang berpotensi membengkak.