KONTAN.CO.ID - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan webinar mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan "Aman Bertransaksi di Ruang Digital" pada Senin (1/4/2024). Kali ini hadir pembicara-pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Bevaola Kusumasari, Fasilitator Komunitas & Penggiat Advokasi Sosial Ari Ujianto, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Adriana Grahani Firdausy. Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia.
Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet. Kecakapan digital dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk terhindar dari efek negatif internet, salah satunya penipuan dan penyalahgunaan data pribadi. "Perlindungan data pribadi sangat krusial karena menyangkut privasi individu dan keamanan finansial. Dalam era digital, informasi pribadi menjadi sangat berharga dan, jika disalahgunakan, bisa menyebabkan konsekuensi serius seperti pencurian identitas, penipuan finansial, dan pelanggaran privasi," kata Bevaola. Selama ini masyarakat Indonesia menggunakan dua layanan digital yang umum digunakan untuk melakukan transaksi yaitu e-commerce dan online banking. Layanan digital lain termasuk streaming, media sosial, dan aplikasi yang memerlukan login serta transaksi finansial tidak lepas dari penggunaan data pribadi penggunanya. Ari menambahkan, data pribadi ini terdiri dari dua yaitu data pribadi umum yang memuat nama, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, tanggal lahir, pekerjaan, alamat rumah, e-mail, nomor telepon, dan lainnya. Selain itu ada pula data pribadi khusus yang memuat data kesehatan, biometrik, genetika, keuangan, ras atau etnis, preferensi seksual, pandangan politik, data keluarga, data kejahatan, dan lainnya. Dampak dari penyalahgunaan data pribadi dapat menimbulkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan kerugian reputasi. Keamanan data pribadi ini, disebutkan oleh Adriana ada pada tanggung jawab pengguna internet. Oleh karena itu banyak penipuan memanfaatkan kelengahan pengguna. Scam, spam, phising, dan hacking adalah bentuk penipuan digital yang banyak terjadi. Scam dilakukan dengan memanfaatkan empati dan kelengahan pengguna, spam umumnya berbentuk pemalsuan atau, penipuan, dan pencurian data yang dilakukan berulang. Phising biasanya menjebak korban dengan target menyasar orang-orang yang percaya bahwa informasi diberikan ke orang yang tepat, dan hacking dilakukan oleh hacker dengan mencari kelemahan dari sistem komputer. Berdasarkan studi CfDS UGM awal 2022 terhadap 1.700 responden di 34 provinsi, sebanyak 66,6 persen pernah menjadi korban penipuan online. Ada lima jenis penipuan yang paling banyak yaitu, 36,9 persen berkedok hadiah, 33,8 persen mengirim tautan (link), 29,4 persen penipuan jual beli seperti di Instagram dan lainnya, 27,4 persen melalui situs web atau aplikasi palsu, 26,5 persen penipuan berkedok krisis keluarga. Selain kecakapan digital untuk sadar dan mawas diri akan penipuan digital, seseorang butuh fondasi keamanan transaksi online dengan memilih platform yang memenuhi kriteria yang baik dalam hal reputasi dan ulasan, enkripsi dan keamanan data (autentikasi), verifikasi identitas kuat, otoritas yang diakui oleh OJK atau BI, kebijakan privasi yang jelas, pembayaran terintegrasi, layanan pelanggan dan garansi. Apabila Anda atau orang terdekat mengalami penipuan digital, Adriana menyampaikan ada enam cara untuk mengecek dan melaporkan penipuan tersebut, seperti berikut: 1. Laporkan kejahatan siber melalui www.patrolisiber.id 2. Laporkan SMS spam ke Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dengan cara melakukan tangkapan layar pada SMS spam dan nomor pengirim dengan menyertakan identitas ponsel kita yang telah teregistrasi NIK dan KK atau kirim aduan ke Twitter BRTI @aduanBRTI melalui direct message (DM) 3. Melakukan pengecekan dan pelaporan rekening penipu mulai dari nama pemilik, nama bank, hingga rekaman transaksi sehingga nomor rekening penipu dapat dibekukan melalui: CekRekening.id Kredibel.co.id Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui layanan pengaduan ke 1-500-655 atau email ke konsumen@ojk.go.id 4. Melaporkan ke situs resmi Kepolisian Republik Indonesia Lapor.go.id atau dapat juga mengadu melalui SMS ke 1708, aplikasi LAPOR! atau melalui akun Twitter@LAPOR1708 dengan menyematkan #lapor 5. Melapor ke CS KK maupun CS penyedia layanan produk/CS ecommerce seperti CS Shopee, CS Bukalapak, CS Tokopedia dan seterusnya 6. Lapor ke komunitas Instagram @indonesiablacklist
“Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi resikonya sedapat mungkin. Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital. Selalu waspada ketika berada dalam dunia digital. Selalu berpikir kritis,” kata Bevaola. Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo). Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui Website literasidigital.id atau akun Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.
Baca Juga: Antisipasi Penipuan Online, Tetap Sadar dan Utamakan Konfirmasi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti