Penuhi kebutuhan hingga Maret, pemerintah akan impor gula konsumsi 646.944 ton



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) telah merancang prognosa ketersediaan dan kebutuhan gula konsumsi nasional. Direncanakan, akan ada impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 646.944 ton pada Februari hingga Maret 2021 untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi.

Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono, Januari hingga Maret merupakan bulan kritis, mengingat belum banyak pabrik gula yang memasuki masa giling. Dia memperkirakan, produksi gula dalam negeri di Februari 2021 hanya sekitar 2.388 ton, sementara produksi gula di Maret sebesar 9.449 ton. Produksi ini masih sangat jauh dari kebutuhan gula yang sekitar 237.000 ton setiap bulannya.

"Maka di bulan-bulan kritis itu sudah ada rancangan, di dalam konteks itu untuk importasi gula kristal putih kita, [impor] sebanyak 323.000 ton di bulan Februari dan 323.000 ton lainnya di bulan Maret," kata Kasdi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR, Rabu (13/1).


Baca Juga: Kementan perkirakan impor kedelai untuk tahu tempe capai 2,6 juta ton di 2021

Berdasarkan data Kementan, stok akhir gula dari Desember 2020 mencapai 804.685 ton. Sementara, kebutuhan gula di Januari hingga Maret 2021 sebesar 688.433 ton,atau sekitar 237.127 ton di Januari, 214.179 ton di Februari serta 237.127 ton di Maret 2021.

Dengan impor masing-masing sebesar 323.472 ton di Februari dan Maret, produksi gula dalam negeri sebesar 11.837 ton, maka neraca gula hingga Maret 2021 akan sebesar 775.033 ton.

Kasdi menyebut, kementan terus berupaya mengejar pemenuhan kebutuhan gula konsumsi dengan produksi dari dalam negeri. Ini mengingat produksi gula Indonesia masih berkisar 2,18 juta ton sementara kebutuhan gula konsumsi mencapai 2,8 juta ton per tahun.

Kementan menargetkan, pada 2023 terdapat peningkatan gula konsumsi sebesar 676.000 ton. Untuk mencapai target ini, Kementan pun akan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi ditargetkan sebesar 200.000 ha dan ekstensifikasi sebesar 50.000 ha.

"Intensifikasi itu ada 2 pendekatan, melalui rawat ratoon dan bongkar ratoon. Dari 200.000 ha itu, 125.000 ha itu kita formatkan dalam konteks rawat ratoon kemudian yang 75.000 ha itu bongkar ratoon. Sisanya untuk ekstensifikasi, 50.000 ha itu untuk perluasan," kata Kasdi.

Selanjutnya: Jokowi ingatkan krisis pangan di tengah pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat