Penurunan anggaran tidak mengubah sodetan Ciliwung



JAKARTA. Perubahan alokasi anggaran dari Rp 700 miliar menjadi Rp 560 miliar untuk proyek sodetan yang menghubungkan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT), dipastikan tidak akan mengubah fungsi dari infrastruktur tersebut. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU, Mohammad Hasan menjelaskan, perubahan anggaran tersebut lebih didasarkan pada perubahan metodelogi pembangunannya, bukan pada fungsi konstruksi bangunannya. "Fungsinya tidak akan berubah atau berkurang, perubahan angka itu lebih karena adanya perubahan metodelogi," ungkap Hasan, Senin (12/8). Pada awal perencanaan Ditjen SDA memang menggunakan asumsi metodelogi cut and fill, yaitu teknik pekerjaan dengan menggali tanah dan kemudian diletakkan pipa lalu kembali ditutup tanah. Estimasi dengan cara ini membutuhkan dana Rp 550 miliar. Namun teknik ini akan menganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan masyarakat. Menyadari hal tersebut, Kementerian PU mencoba menghitung dana pembangunan dengan teknik pengeboran (tunnelling). Dengan metode ini, aktivitas dan arus lalu lintas kendaraan disekitar lokasi pembangunan tidak akan terganggu. Namun, biaya pembuatannya memang lebih mahal yaitu lebih dari Rp 700 miliar. "Setelah kami pertimbangkan beberapa aspek, kami tetap menaruh asumsi Rp 560 miliar untuk pembangunan dengan metode tunnelling," lanjutnya. Hasan berkeyakinan, anggaran sebesar itu cukup untuk membangun sodetan sepanjang 2,15 kilometer (km) tersebut. Hingga saat ini, sodetan itu masih dalam proses tender yang pengumuman pemenangnya direncanakan pada pertengahan September, untuk kemudian dilanjutkan tahap konstruksi mulai Oktober. Pembuatan sodetan tersebut juga akan disertai normalisasi Sungai Ciliwung mulai dari Pintu Air Manggarai hingga ke Jembatan TB Simatupang.

Normalisasi dilakukan dengan cara melebarkan sungai yang saat ini rata-rata lebarnya 25 meter menjadi 60 meter. Namun upaya ini menghadapi kendala berupa sulitnya pembebasan tanah yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Lebih lanjut, Hasan mengatakan kesulitan lahan tersebut besar kemungkinan berdampak pada mundurnya target penyelesaian normalisasi Sungai Ciliwung. Bila sebelumnya direncanakan selesai pada akhir 2014, kini dengan masalah lahan tersebut, Hasan memperkirakan program tersebut rampung pada medio 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan