Penurunan BI Rate Jadi Angin Segar Terhadap Hasil Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 6% memberikan dorongan positif terhadap hasil investasi sejumlah perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. 

Sebelumnya, Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada September 2024.

Salah satu perusahaan yang merasakan dampak positif dari penurunan suku bunga ini adalah PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life). Hasil investasi perusahaan tercatat meningkat signifikan menjadi Rp 530 miliar pada Agustus 2024, dibandingkan dengan Rp 378 miliar pada bulan Juli sebelumnya.

Pengaruh Penurunan Yield Obligasi


Equity Research & UL Strategy Manager MSIG Life, Wiratama, menjelaskan bahwa peningkatan hasil investasi ini didorong oleh rally pada obligasi pemerintah dan saham. Dari Juli hingga Agustus 2024, obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan yield dari 6,9% menjadi 6,6%. 

Penurunan ini terjadi seiring dengan meningkatnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut di tahun ini. Penurunan yield tersebut telah mendorong kenaikan nilai investasi perusahaan.

Baca Juga: Asuransi Umum: Asuransi Rekayasa Masih Punya Prospek yang Cerah

Per Agustus 2024, alokasi investasi MSIG Life, termasuk dana Unit Link (UL) nasabah, didominasi oleh obligasi pemerintah sebesar 55%, diikuti oleh obligasi korporasi sebesar 17%, saham 15%, dan sisanya tersebar pada reksa dana serta pasar uang. 

"Jika dana UL tidak diperhitungkan, maka porsi terbesar investasi perusahaan tersebar pada obligasi sebesar 85%, pasar uang 13%, dan saham hanya 2%," jelas Wiratama kepada Kontan, Kamis (26/9).

Dengan pemangkasan suku bunga BI Rate ini, yield obligasi pemerintah 10 tahun kembali turun ke level 6,4%. Penurunan yield ini mengindikasikan kenaikan harga obligasi, yang diharapkan mampu meningkatkan hasil investasi bagi berbagai perusahaan asuransi jiwa.

Alokasi Investasi Tetap di Obligasi Pemerintah

Wiratama menambahkan bahwa hingga akhir tahun 2024, alokasi investasi MSIG Life tidak akan berubah, dengan fokus utama pada obligasi pemerintah. 

Pilihan ini diambil karena obligasi pemerintah menawarkan imbal hasil yang kompetitif di tengah tren penurunan suku bunga, risiko yang rendah, serta durasi investasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Baca Juga: Kantongi Pendapatan Unitlink Rp 7,7 Triliun, Begini Strategi Prudential Indonesia

Di sisi lain, PT Asuransi Ciputra Indonesia (Ciputra Life) juga melihat hasil investasinya akan terdampak oleh penurunan BI Rate, terutama karena penurunan yield obligasi. 

Direktur Ciputra Life, Listianiwati Sugiyanto, menyatakan bahwa sebagian besar alokasi investasi perusahaan masih ditempatkan pada instrumen obligasi, baik obligasi pemerintah maupun korporasi dengan rating minimal investment grade.

"Porsi penempatan dalam saham akan sedikit ditingkatkan, memanfaatkan momentum kenaikan IHSG hingga akhir tahun dan awal tahun depan, seiring dengan meningkatnya arus dana masuk dari pasar negara maju dan transisi menuju pemerintahan baru yang segera berlangsung. Dengan demikian, arah kebijakan ekonomi akan semakin jelas," jelas Listianiwati kepada Kontan, Kamis (26/9).

Hingga Agustus 2024, Ciputra Life mencatatkan realisasi hasil investasi sebesar Rp 24,9 miliar, dengan tambahan kenaikan nilai pasar aset investasi sebesar Rp 7,5 miliar. 

Menurut Listianiwati, tidak akan ada perubahan signifikan dalam strategi alokasi investasi hingga akhir tahun, dengan obligasi pemerintah dan korporasi tetap menjadi instrumen utama.

Baca Juga: Dorong Kinerja Unitlink, Allianz Life Terapkan Sejumlah Strategi Ini

Dampak Penurunan Suku Bunga pada Prudential Indonesia

Sementara itu, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) juga memandang penurunan suku bunga BI Rate ini berdampak positif pada seluruh kelas aset. 

Kelas aset pendapatan tetap, terutama obligasi, secara historis merupakan aset yang pertama kali merespons positif penurunan suku bunga. Unitlink berbasis obligasi pun diharapkan dapat merasakan dampak positif ini.

Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia memproyeksikan bahwa kinerja unitlink hingga akhir tahun akan tetap positif, didorong oleh pertumbuhan sektor teknologi serta sentimen positif di pasar keuangan.

Namun, volatilitas pasar dan kebijakan suku bunga dari bank sentral juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Pengelolaan portofolio yang aktif dan terdiversifikasi diyakini dapat membantu memitigasi risiko di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Hingga Agustus 2024, mayoritas subdana unitlink Prudential mencatatkan kinerja yang positif. Unitlink berbasis saham global, khususnya yang berinvestasi di sektor teknologi, menunjukkan kinerja terbaik. 

Baca Juga: Pendapatan Premi Asuransi Properti Tumbuh Pesat

PRULink US Dollar Global Technology Equity Fund (PDGT) menjadi salah satu subdana dengan kinerja paling menonjol, mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,92% secara year to date (ytd) hingga Agustus 2024.

"Hal ini mencerminkan penerapan strategi investasi yang efektif dalam mengelola subdana PRULink, serta komitmen dalam memberikan nilai tambah bagi nasabah," tutup Karin, Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .