Penurunan bukan tanda manufaktur lemah



KONTAN.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Agustus 2017 mencapai US$ 13,49 miliar, atau turun 2,88% dibandingkan Juli 2017 yang sebesar US$ 13,89 miliar. Akan tetapi, bila dibandingkan Agustus tahun lalu, nilai impor ini meningkat sebesar 8,89%.

"Impor di Agustus ini menurun dibandingkan Juli 2017. Tapi kalau year to year, nilai impor ini masih positif," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Jumat (15/9).

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, Di bulan Agustus, kebutuhan untuk membeli barang-barang modal dan bahan baku menurun karena banyak perusahaan yang sudah membeli di Juli. Akibatnya, impor di Agustus tidak setinggi di Juli.


Oleh karena itu, menurutnya turunnya impor ini bukan berarti industri manufaktur melemah. “Saya pikir untuk kasus Agustus 2017 lebih karena pengaruh seasonal (musiman), yakni aktivitas produksi mulai normal paska Lebaran,” kata Eric kepada KONTAN, Jumat (15/9).

Menurut Eric, lonjakan impor yang terjadi di bulan Juli 2017 adalah karena perusahaan-perusahaan meningkatkan pembelian barang modal dan bahan baku untuk beroperasi lagi secara aktif setelah Lebaran.

Ia melanjutkan, kebutuhan impor barang modal, misalnya mesin yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan biasanya tidak setiap bulan karena sifat barang modal yang tahan lama (durable) dan tidak langsung habis sekali pakai.

Sementara impor bahan baku biasanya relatif lebih sering daripada barang modal karena sifatnya yang cepat habis ketika digunakan. Impor barang konsumsi, terutama yang berupa non-durable goods, sifatnya agak dipengaruhi faktor musiman, misalnya Lebaran atau Natal.

Oleh karena itu, menurut Eric impor barang modal mungkin akan naik lagi pada sisa tahun ini. Adapun menurutnya surplus masih bisa tercatatkan sepanjang sisa tahun ini.

“Impor barang modal mungkin akan naik lagi di triwulan 4-2017 karena perusahaan-perusahaan untuk persiapan produksi di semester 1-2018,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia