KONTAN.CO.ID - Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (DRRR) mengejutkan banyak pihak. Walau ada kekhawatiran, pemangkasan bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,25% berefek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, pengusaha masih ingin ada penurunan suku bunga acuan lagi. Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Adrian Panggabean, Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga dalam economic note yang dirilis 25 September 2017. Dia menilai, penurunan BI 7 DRRR mengejutkan dan di luar ekspektasi. Bahkan Adrian menilai, penurunan suku bunga acuan selama dua bulan terakhir seharusnya tidak perlu dilakukan. Sebab ruang pelonggaran moneter semakin menyempit seiring rencana Federal Reserve mengurangi asetnya mulai Oktober 2017. "Penurunan BI 7 DRR yang cenderung agresif memunculkan spekulasi bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merosot jauh di bawah potensi pertumbuhannya," kata Adrian.
Penurunan bunga acuan bisa kontraproduktif
KONTAN.CO.ID - Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (DRRR) mengejutkan banyak pihak. Walau ada kekhawatiran, pemangkasan bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,25% berefek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, pengusaha masih ingin ada penurunan suku bunga acuan lagi. Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Adrian Panggabean, Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga dalam economic note yang dirilis 25 September 2017. Dia menilai, penurunan BI 7 DRRR mengejutkan dan di luar ekspektasi. Bahkan Adrian menilai, penurunan suku bunga acuan selama dua bulan terakhir seharusnya tidak perlu dilakukan. Sebab ruang pelonggaran moneter semakin menyempit seiring rencana Federal Reserve mengurangi asetnya mulai Oktober 2017. "Penurunan BI 7 DRR yang cenderung agresif memunculkan spekulasi bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merosot jauh di bawah potensi pertumbuhannya," kata Adrian.