JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap pemerintah menurunkan kembali harga bahan bakar minyak (BBM), utamanya jenis premium. Hal ini mencermati harga minyak saat ini yang terus merosot hingga mendekati level US$ 30 per barel. Mengutip Bloomberg, pada Jumat (22/1) pukul 16.30 WIB, harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Merchantile Exchange naik 4,70% ke level US$ 30,92 per barel.
Reli yang berlangsung dua hari telah mengerek harga minyak sebesar 9,06% dari posisi terendah 12 tahun. Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengatakan dengan penurunan harga premium maka akan meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia. Hal ini baik, mengingat saat ini Indonesia merupakan negara yang mendasarkan basis ekonominya pada sektor konsumsi. "Setiap penurunan Rp 100 harga premium itu, membuat daya beli masayarakat naik Rp 4 triliun," ujarnya di Jakarta, Sabtu (23/1). Asumsinya, dengan penurunan harga premium tersebut maka pengeluaran masyarakat terkait premium akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan daya beli meningkat karena masyarakat akan berpikir membelanjakan uang yang harusnya untuk membeli premium untuk kebutuhan lain. "Kemarin harga solar turun Rp 1.000 saya perinciĀ ada Rp 20 triliun penambahan daya beli masyarakat," lanjutnya.
Dengan penguatan daya beli masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia, imbasnya secara tidak langsung akan dirasakan oleh pasar modal. Tahun lalu, pasar modal lesu akibat banyaknya dan ayang diitahan mencermati pertumbuhan ekonomi global dan domestik yang masih labil. Dengan penurunan harga minyak dunia yang mendekati US$ 30 per barel, pemerintah bisa melakukan penyesuaian harga premium dan dapat menjadi pendoorng pertumbuhan perekonomian domestik pada tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto