Penurunan harga BBM hanya di Tangsel berpotensi timbulkan black market



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Institute Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mendukung rencana pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Menurut Eric, jika harga BBM turun maka berdampak positif ke daya beli masyarakat yang penghidupannya terkait dengan penggunaan BBM. “Besar kecil dampaknya tergantung pada besaran penurunannya,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero), akan menurunkan harga BBM jenis pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 6.450 per liter. Namun, penurunan harga pertalite hanya berlaku di 38 SPBU yang berada di wilayah Tanggerang Selatan.


Penuruna harga pertalite tujuannya untuk diberikan ke seluruh pengguna kendaraan bermotor baik roda dua, roda tiga, angkutan umum kota (angkot), serta taksi plat kuning guna meningkatkan kualitas lingkungan udara.

"Ini juga sejalan dengan cita-cita Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan sesuai Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara," kata Unit Manager Communication Relations dan CSR Pertamina MOR III Eko Kristiawan, Sabtu (12/9).

Menanggapi hal itu, Eric mempertanyakan alasan perusahaan pelat merah itu yang hanya memberlakukan kebijakan penurunan harga pertalite di wilayah Tanggerang Selatan.

Menurutnya, jika harga BBM antar wilayah tidak sama, maka bisa terjadi arbitrage atau black market.  “Beli BBM di Tangsel untuk jual di daerah lain yang lebih mahal harganya,” pungkas Eric.

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli