Penurunan Harga Komoditas Goncang Ekspor dan Penerimaan, Begini Antisipasinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas sempat mendaki dalam kurun dua tahun belakangan. Namun, memasuki tahun 2023, harga komoditas mulai mengalami normalisasi.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, normalisasi harga komoditas berpotensi menggerus nilai ekspor dan juga pendapatan negara hingga akhir tahun 2023.

"Penurunan harga komoditas akan memberi dampak kepada perdagangan juga penerimaan negara. Penerimaan pajak maupun bukan pajak akan menurun," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (27/4).


Baca Juga: Harga Komoditas Turun, Bagaimana Efeknya ke Ekspor dan Penerimaan Negara 2023?

Penurunan ini sebenarnya sudah terlihat dari realisasi penerimaan negara hingga akhir kuartal I-2023.

Sebut saja penerimaan pajak dari sektor pertambangan pada kuartal I-2023 terpantau tumbuh 113,6% secara tahunan.

Namun, pertumbuhannya melambat dari pertumbuhan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 150,8%.

Sedangkan dari sisi perdagangan, surplus perdagangan Indonesia hingga akhir Maret 2023 tercatat US$ 2,91 miliar.

Surplus ini menyusut bila dibandingkan dengan Februari 2023 yang tercatat US$ 5,48 miliar.

Josua bilang, efek dari penurunan harga komoditas ini perlu diantisipasi. Dengan demikian, ia menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan otoritas.

Pertama, mendorong optimalisasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) untuk meningkatkan nilai tambah. Dengan hilirisasi, maka nilai barang yang akan diekspor oleh Indonesia akan meningkat.

Baca Juga: Ekonom Core: Inflasi Masih Jadi Masalah Bagi Perekonomian Indonesia

Kedua, meningkatkan investasi untuk hilirisasi. Makin besar modal, maka proses hilirisasi bisa makin cepat dilakukan.

Muaranya, tak hanya mendongkrak kinerja ekspor dan mendorong pendapatan dari ekspor, tetapi juga akan menyerap tenaga kerja sehingga ekonomi akan bergulir.

Ketiga, melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Bila memang nilai ekspor terancam tergerus akibat penurunan harga komoditas, setidaknya volume ekspor bisa digenjot bila tidak bergantung dengan negara tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi