KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) seri
benchmark terus mengindikasikan tren penurunan. Keempat seri acuan yang turun adalah seri FR0081 (5 tahun), seri FR0082 (10 tahun), FR0080 (15 tahun) dan seri FR0083 (20 tahun). Bahkan, sebenarnya tren penurunan harga SUN sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun. Hal tersebut diungkapkan oleh analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie. Roby menyebut, turunnya harga SUN tidak terlepas dari tengah tingginya ketidakpastian yang melanda pasar. “Pelaku pasar masih cenderung ke
cash position. Karena ini kondisi yang belum pernah terjadi di
market sebelumnya di mana wabah mendorong risiko resesi,” ujar Roby kepada Kontan.co.id, Senin (23/3).
Baca Juga: Investor Asing Bakal Jualan SBN Sampai Mei, Momentum Tepat untuk Beli di Harga Rendah Roby menyebut, seri tenor panjang FR0083 merupakan seri acuan yang harganya turun paling dalam secara
year to date (ytd), yakni 8,69%. Sementara seri FR0081 merupakan seri acuan yang turun paling tipis, yakni 4,41%. Berikut tabel berisikan detail lengkap harga SUN seri acuan:
Baca Juga: Aksi jual asing di pasar obligasi berlanjut, apa yang harus dilakukan investor lokal? Sementara Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan penurunan harga SUN seri acuan tidak terlepas dari
yield-nya yang juga terus mengalami kenaikan. “
Yield terus meningkat karea persepsi risiko terhadap Indonesia juga meningkat. Hal ini terlihat dari indikator
credit default swap (CDS) Indonesia yang saat ini masih tinggi,” kata Fikri. Sebagai informasi tambahan, merujuk Bloomberg, CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun per hari ini, Senin (23/3) berada di level 293,395. Sementara untuk yield seri acuan 5 tahun yakni FR0081, merujuk data IBPA saat ini berada di 6,34%. Sudah naik 79,59 bps secara ytd. Berikut tabel berisikan detail lengkap
yield SUN seri acuan berdasarkan data Bloomberg:
Baca Juga: Cash is The King, Ini Strategi Menempatkan Dana di Tengah Pandemi Corona Terkait harga seri acuan SUN 5 tahun menjadi yang paling kecil penurunannya dinilai wajar oleh Fikri. Mengingat perilaku
risk aversion masih mendominasi pasar sehingga seri-seri tenor pendek dianggap lebih rendah risiko dibanding seri-seri tenor panjang. Secara umum, Fikri pesimistis kondisi ini akan segera membaik. “Karena
yield terkait dengan CDS. Saya pikir dengan CDS yang masih mungkin naik maka kemungkinan
yield masih berpeluang naik, dan pada akhirnya membuat harganya menurun,” jelas Fikri
Sementara Roby menuturkan tren penurunan harga SUN seri acuan masih bisa akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan. Ia melihat upaya Bank Indonesia dengan menurunkan suku bunga acuan juga belum memberikan dampak positif ke harga SUN seri acuan. “Tapi secara long term pasar SUN sebenarnya masih positif. Ketika kondisi kondusif,
lockdown dicabut, investor akan mulai
confidence lagi perlahan-lahan sehingga investor asing juga akan masuk lagi,” tutur Roby.
Baca Juga: CORE: Rupiah Rp 17.000 per dolar AS mungkin, tapi Rp 20.000 per dolar AS terlalu jauh Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati