Penurunan harga tembaga masih berlanjut



JAKARTA. Buruknya data manufaktur China jadi katalis utama yang menyeret turun harga tembaga di awal pekan. Meski dollar AS tengah melemah, harga komoditas belum mampu membalikkan arah.

Mengutip Bloomberg, Senin (5/6) pukul 13.55 WIB harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,68% ke level US$ 5.626 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sejalan, dalam sepekan terakhir pun harga tembaga sudah koreksi 0,53%.

Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan sajian data manufaktur China yang buruk pekan lalu masih terasa imbas negatifnya bagi harga komoditas logam industri termasuk tembaga. Sebab, sebelumnya data impor tembaga China April 2017 turun lebih dari 30% menjadi hanya 300.000 ton dibanding Maret 2017 lalu.


“Jelas memang sedang terjadi penurunan permintaan tembaga dari China yang notabene adalah salah satu konsumen terbesar tembaga,” ujar Andri. Tidak hanya itu, aksi teror yang menyelimuti Inggris akhir pekan lalu juga berimbas buruk pada harga komoditas termasuk tembaga. Timbul kekhawatiran di pasar global yang membuat pelaku pasar cenderung memilih aset safe haven dan meninggalkan aset berisiko seperti komoditas.

Hanya saja dinilai pengaruh dari Inggris tersebut sifatnya hanya sementara. Faktor terbesar masih datang dari spekulasi perlambatan ekonomi yang membayangi ekonomi dari China. “Belum lagi rencana-rencana infrastruktur dan manufaktur Donald Trump belum ada yang berjalan hingga saat ini, artinya memang tidak ada katalis yang datang dari harapan kenaikan permintaan secara signifikan dalam waktu dekat,” kata Andri.

Ini pula yang lantas mengarahkannya pada dugaan harga tembaga masih berpotensi untuk melanjutkan koreksinya. Meski demikian bukan berarti harga tembaga tidak punya alasan untuk kembali naik. Dengan performa USD yang tengah melempem imbas data sektor ketenagakerjaan yang buruk, "ada kans bagi komoditas untuk rebound terbatas," ujar Andri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia