Penurunan Kemiskinan Ekstrem Bisa Terhambat Potensi Lonjakan Harga Pangan Dunia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan pernurunan kemiskinan ekstrem hingga 0% di tahun 2024.

Namun, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah menilai, target penurunan kemiskinan ekstrem itu akan terhambat karena adanya potensi kenaikan harga pangan dunia.

Ia memprediksi harga pangan dunia ke depan akan semakin tinggi disebabkan oleh cuaca ekstrem kemarau panjang atau el-nino dan ketegangan politik Rusia-Ukraina.


"Orang miskin itu belanja untuk pangan utamanya beras memang paling besar. Jadi kalau harga pangan naik itu dampaknya cepet terasa," jelas Rusli pada Kontan.co.id, Senin (24/7).

Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin Menurun, Kemenkeu: Tanda Aktivitas Ekonomi Sudah Menguat

Bahkan, ada potensi kenaikan harga pangan ini justru bisa menaikan angka kemiskinan ekstrem yang sebelumnya ke level kemiskinan biasa menjadi kemiskinan ekstrem.

"Saya kira masalah kenaikan harga pangan ini salah satu faktor utama yang menghambat faktor penuntasan kemiskinan ekstrem," kata Rusli.

Meski begitu, ia mengapresiasi langkah pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan ekstrem turun menjadi 1,12% per Maret 2023.

Menurutnya, turunnya angka kemiskinan ekstrem ini didukung karena beberapa faktor salah satunya kembali bangkitnya perekonomian di Indonesia pasca pandemi Covid-19.

Sementara untuk tantangan ke depan, perlu perencanaan yang matang dari pemerintah. Mengingat jumlah penduduk miskin secara total hingga Maret 2023 masih mencapai 25,9 juta orang atau 9,36%.

"Kalau angka kemiskinan sudah di bawah 10% memang biasanya lebih sulit untuk sekedar menurunkan 0,0 sekian, karena memang biasanya sisanya adalah mereka yang secara ekonomi, skill itu tidak punya," imbuh Rusli.

Baca Juga: Pemerintah Klaim Target Kemiskinan Ekstrem 0% di Tahun 2024 Dapat Dicapai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat