JAKARTA. Harga Minyak kembali terkoreksi tajam hari ini. Kontrak harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan September anjlok 5,01% ke posisi US$ 77,24 per barel. Ini merupakan level terendah dalam sepuluh tahun belakangan. Menurut Suluh Adil Wicaksono, analis Asia Kapitalindo Futures menerangkan, pasca rilis Data Manufaktur AS Bulan Juni yang buruk membuat permintaan terhadap minyak juga ikut turun. Ditambah lagi, over supply dari negara OPEC membuat harga minyak semakin jatuh. Kabarnya, OPEC kemungkinan akan melakukan pertemuan untuk merespon kejatuhan minyak tersebut.Kemerosotan harga minyak di New York terjadi setelah Standard & Poor's menurunkan peringkat kredit AS dari tingkat tertinggi yang memicu kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi AS akan memburuk dan mengurangi permintaan bahan bakar. "Pada minggu ini, pengaruh penurunan peringkat kredit AS masih mengena pada tren harga minyak," kata Suluh, Selasa (9/8).Terlebih sepertinya pihak Departemen Energi AS belum memiliki alasan untuk menaikkan cadangan minyaknya walaupun data cadangan minyak mentah AS terus terkoreksi. Suluh meramal, untuk level support, sepekan ini harga minyak mentah bisa anlok mencapai US$ 74,40 per barel. "Tapi kemungkinan minyak akan rebound. Jikapun naik, harga tertingginya di US$ 80 per barel,"lanjutnyaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penurunan peringkat kredit AS masih mempengaruhi harga minyak
JAKARTA. Harga Minyak kembali terkoreksi tajam hari ini. Kontrak harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan September anjlok 5,01% ke posisi US$ 77,24 per barel. Ini merupakan level terendah dalam sepuluh tahun belakangan. Menurut Suluh Adil Wicaksono, analis Asia Kapitalindo Futures menerangkan, pasca rilis Data Manufaktur AS Bulan Juni yang buruk membuat permintaan terhadap minyak juga ikut turun. Ditambah lagi, over supply dari negara OPEC membuat harga minyak semakin jatuh. Kabarnya, OPEC kemungkinan akan melakukan pertemuan untuk merespon kejatuhan minyak tersebut.Kemerosotan harga minyak di New York terjadi setelah Standard & Poor's menurunkan peringkat kredit AS dari tingkat tertinggi yang memicu kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi AS akan memburuk dan mengurangi permintaan bahan bakar. "Pada minggu ini, pengaruh penurunan peringkat kredit AS masih mengena pada tren harga minyak," kata Suluh, Selasa (9/8).Terlebih sepertinya pihak Departemen Energi AS belum memiliki alasan untuk menaikkan cadangan minyaknya walaupun data cadangan minyak mentah AS terus terkoreksi. Suluh meramal, untuk level support, sepekan ini harga minyak mentah bisa anlok mencapai US$ 74,40 per barel. "Tapi kemungkinan minyak akan rebound. Jikapun naik, harga tertingginya di US$ 80 per barel,"lanjutnyaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News