JAKARTA. Harga timah naik seiring pemangkasan produksi dari Indonesia. Meski demikian, pergerakan harga masih dibayangi tekanan dari lemahnya permintaan Tiongkok. Mengutip
Bloomberg, Rabu (24/2), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,1% ke level US$ 15.850 per ton ketimbang sehari sebelumnya. Namun, sepekan terakhir harga timah menguat sebesar 1,2%. Harga timah sempat menyentuh US$ 16.025 per metrik ton. Harga timah naik setelah PT Refined Bangka Tin, produsen timah terbesar kedua di Indonesia menghentikan operasi
Tomy Winata, Direktur Artha Graha Network, yang merupakan pemilik PT Refined Bangka mengungkapkan, pihaknya memutuskan menutup penyulingan timah dan operasi pemasaran. Fasilitas produksi milik Refined yang berada di Pulau Bangka akan menjadi lahan konservasi. Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures, mengatakan, penutupan smelter atau pengolahan timah menyebabkan ekspor timah Indonesia menurun. Di samping itu, pemerintah memiliki peraturan ketat terkait ekspor timah ke luar negeri. Refined Bangka memiliki kapasitas produksi hingga 2.000 ton timah per bulan. Menurut Asosiasi Eksportir Timah Indonesia, penutupan ini dapat mengurangi ekspor hingga 10.000 ton tahun ini. Indonesia mengekspor 70.155 ton timah pada tahun lalu. Ini angka terendah sejak tahun 2008. Bulan Januari 2016, ekspor timah turun 57% menjadi 2.486 ton ketimbang Desember 2015. Namun, menjelang kuartal kedua, permintaan timah global kemungkinan mulai menggeliat, didukung kenaikan permintaan dari China. "Impor timah China dari Indonesia kemungkinan menurun karena ketatnya aturan dari pemerintah, tapi China meningkatkan impor dari Myanmar," ujar Andri. Pada Januari 2016, impor timah China dari Myanmar naik hingga 66% menjadi 72.436 ton dibandingkan bulan sebelumnya. Jika Indonesia konsisten memperketat aturan ekspor timah mentah, Andri optimistis, harga dapat bertahan di kisaran US$ 15.000 - US$ 15.500 per metrik ton.
"China sebagai konsumen utama timah akan sangat mempengaruhi harga, tetapi saya lihat tekanan tidak akan terlalu kuat," lanjutnya. Harga timah masih berpeluang menguat. Pekan depan, Tiongkok akan merilis data manufaktur. Jika data tersebut positif, harga timah akan terangkat. Hingga akhir semester pertama tahun ini, Andri memprediksi harga akan bergerak di kisaran US$ 16.000 per metrik ton. Andri memprediksi, harga akan menguat di US$ 15.800 - US$ 15.900 per ton hari ini dan US$ 15.750 - US$ 16.025 per metrik ton dalam sepekan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie