Penurunan Suku Bunga The Fed Harusnya Meringankan Beban Utang AS, tapi Kenyataannya?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve bulan lalu diharapkan dapat menurunkan hasil obligasi dan mengurangi tekanan pada beban utang AS yang terus meningkat. Namun, realitas saat ini tidak sejalan dengan ekspektasi tersebut.

Berdasarkan laporan Torsten Sløk, Kepala Ekonom di Apollo Global Management, utang AS saat ini mencapai US$35,3 triliun. Biaya bunga harian rata-rata mencapai US$3 miliar, naik dari US$2 miliar dua tahun lalu ketika The Fed memulai kampanye kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.

Sløk sempat berharap bahwa pemotongan suku bunga The Fed akan mengurangi beban bunga harian tersebut. Dia memperkirakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 1% dan penurunan kurva hasil obligasi sebesar 1% dapat mengurangi beban bunga harian menjadi US$2,5 miliar per hari.


Namun, kenyataannya tidak sesuai harapan. Meskipun hasil obligasi sempat menurun menjelang pemotongan suku bunga pertama, lonjakan hasil obligasi justru terjadi setelah pertemuan kebijakan The Fed, yang menyebabkan ketidakpastian mengenai pemotongan suku bunga lebih lanjut.

Baca Juga: Harga Emas Turun Imbas Penguatan Dolar, Fokus Investor Tertuju Pada Isyarat The Fed

Lonjakan Hasil Obligasi Setelah Pertemuan The Fed

Pada saat investor berharap siklus pemotongan suku bunga yang agresif setelah siklus pengetatan yang signifikan, hasil obligasi justru melonjak setelah pertemuan kebijakan The Fed. Hal ini diperburuk oleh sinyal dari pejabat Federal Reserve dan data ekonomi yang meredam optimisme akan adanya banyak pemotongan suku bunga di masa depan.

Dot plot proyeksi suku bunga dari pembuat kebijakan menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengurangi pemotongan suku bunga yang lebih sedikit daripada yang diharapkan pasar.

Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menekankan bahwa pemotongan suku bunga setengah poin besar yang diumumkan saat itu tidak menunjukkan bahwa kecepatan pemotongan akan terus berlanjut di masa depan. Beberapa minggu kemudian, Powell mengingatkan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Pengaruh Data Ekonomi Terhadap Proyeksi Suku Bunga

Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi hasil obligasi adalah laporan ketenagakerjaan terbaru, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS masih kuat dan pasar tenaga kerja membutuhkan banyak pekerja, yang pada gilirannya menuntut upah lebih tinggi.

Selain itu, laporan indeks harga konsumen terbaru mengungkapkan bahwa meskipun inflasi mulai mereda, tingkat penurunannya lebih lambat dari yang diharapkan.

Baca Juga: ORI026 Jadi Instrumen Investasi Menarik di Tengah Penurunan Suku Bunga

Akibatnya, hasil obligasi Treasury 10 tahun melonjak sekitar 50 basis poin dari sebelum pertemuan The Fed hingga hari Jumat, mencapai hampir 4,1%. Hasil obligasi Treasury 2 tahun juga mengalami peningkatan sekitar 40 basis poin selama periode tersebut, mencapai sekitar 3,95%.

Lonjakan hasil ini berdampak pada lelang utang baru oleh Departemen Keuangan AS, yang diperlukan untuk menutupi defisit anggaran yang semakin besar, sebagian disebabkan oleh peningkatan biaya pembayaran bunga utang.

Dampak Terhadap Defisit Anggaran dan Suku Bunga di Masa Depan

Untuk tahun fiskal federal yang berakhir pada 30 September, defisit anggaran mencapai US$1,8 triliun, dengan biaya bunga utang mencapai US$950 miliar, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan suku bunga.

Meskipun ada kemungkinan hasil obligasi dapat kembali turun, terutama jika pasar tenaga kerja melemah secara signifikan, dampak pemotongan suku bunga oleh The Fed pada pembayaran bunga mungkin akan terbatas.

Presiden berikutnya juga diperkirakan akan memperburuk defisit anggaran, menambah tumpukan utang total, dan mengimbangi beberapa manfaat dari penurunan suku bunga.

Baca Juga: Simak Prospek IHSG untuk Pekan Ini di Tengah Penantian Pelantikan Presiden Baru

Proyeksi Defisit di Bawah Pemerintahan Selanjutnya

Menurut analisis terbaru dari Penn Wharton Budget Model, defisit anggaran diperkirakan akan terus meningkat di bawah administrasi mana pun, baik Donald Trump maupun Kamala Harris.

Di bawah proposal kebijakan pajak dan pengeluaran Trump, defisit utama diproyeksikan meningkat sebesar US$5,8 triliun dalam 10 tahun ke depan secara konvensional, dan US$4,1 triliun secara dinamis, termasuk efek ekonomi dari kebijakan fiskal.

Sementara itu, di bawah administrasi Harris, defisit utama diproyeksikan meningkat sebesar US$1,2 triliun selama 10 tahun ke depan secara konvensional, dan US$2 triliun secara dinamis.

Editor: Handoyo .