KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan pembiayaan pada tahun 2022 sebesar Rp 991,3 triliun yang dilakukan baik melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), maupun pelaksanaan pinjaman. Pada rinciannya SBN bruto meliputi penerbitan domestik reguler akan memakan porsi terbesar, yaitu sebanyak 78%-83%. Selanjutnya SBN valuta asing (valas) 11%-14% dan SBN ritel 6%-8%. Adapun, hingga 7 Desember 2021, utang pemerintah mencapai Rp 1.186,2 triliun atau 88,3% dari target. Sementara itu realisasi SBN domestik sebesar Rp 982,6 triliun, lalu SBN valas sebesar Rp 158 triliun, serta dari pinjaman program telah terealisasi 100% dari yang ditargetkan, yakni Rp 41,6 triliun. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyatakan, dalam dua tahun terakhir defisit untuk APBN memang lebih rendah dari perkiraan. Apalagi, pada 2021 harga komoditas naik tajam sehingga membuat pendapatan negara jadi lebih tinggi. Dengan pembiayaan defisit yang lebih rendah, tak mengherankan penerbitan SBN pada tahun depan juga jadi lebih rendah.
Penurunan supply SBN tahun depan diperkirakan tidak akan berdampak signifikan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan pembiayaan pada tahun 2022 sebesar Rp 991,3 triliun yang dilakukan baik melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), maupun pelaksanaan pinjaman. Pada rinciannya SBN bruto meliputi penerbitan domestik reguler akan memakan porsi terbesar, yaitu sebanyak 78%-83%. Selanjutnya SBN valuta asing (valas) 11%-14% dan SBN ritel 6%-8%. Adapun, hingga 7 Desember 2021, utang pemerintah mencapai Rp 1.186,2 triliun atau 88,3% dari target. Sementara itu realisasi SBN domestik sebesar Rp 982,6 triliun, lalu SBN valas sebesar Rp 158 triliun, serta dari pinjaman program telah terealisasi 100% dari yang ditargetkan, yakni Rp 41,6 triliun. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyatakan, dalam dua tahun terakhir defisit untuk APBN memang lebih rendah dari perkiraan. Apalagi, pada 2021 harga komoditas naik tajam sehingga membuat pendapatan negara jadi lebih tinggi. Dengan pembiayaan defisit yang lebih rendah, tak mengherankan penerbitan SBN pada tahun depan juga jadi lebih rendah.