KONTAN.CO.ID - BENGHAZI, Libya. Penutupan ladang minyak di Libya semakin meluas pada Rabu (28/8), ketika produksi di ladang Sarir hampir sepenuhnya terhenti, menurut dua insinyur lapangan kepada Reuters. Situasi ini di tengah perselisihan politik mengenai kendali atas bank sentral dan pendapatan minyak. Otoritas di wilayah Timur Libya, di mana sebagian besar ladang minyak berada, mengumumkan pada Senin (26/8) bahwa semua produksi dan ekspor akan dihentikan.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Rabu (28/8) Sore, Brent ke US$78,98 dan WTI ke US$74,93 Sebelum pengurangan produksi, ladang Sarir menghasilkan sekitar 209.000 barel per hari (bpd), kata para insinyur. Keadaan force majeure telah diumumkan pada ekspor di ladang minyak Sharara yang memiliki kapasitas produksi 300.000 bpd. Sementara itu, pada pekan ini Reuters melaporkan adanya gangguan di ladang El Feel, Amal, Nafoora, dan Abu Attifel. Pada bulan Juli, Libya, anggota OPEC, memproduksi sekitar 1,18 juta barel minyak per hari. Baca Juga: PBB Peringatkan Libya Hadapi Keruntuhan Ekonomi di Tengah Krisis Bank Sentral Langkah untuk menghentikan sumber pendapatan utama Libya ini merupakan tanggapan atas pemecatan kepala Bank Sentral Libya (CBL) Sadiq al-Kabir oleh Dewan Kepresidenan yang berbasis di Tripoli, yang memicu mobilisasi oleh faksi-faksi bersenjata yang bersaing. Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah, yang diangkat melalui proses yang didukung PBB pada tahun 2021 dan memimpin Pemerintah Persatuan Nasional yang berbasis di Tripoli, mengatakan minggu ini bahwa ladang minyak tidak boleh dibiarkan ditutup "dengan alasan yang tidak jelas".