KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tumbuh cukup bagus setelah stimulus pembebasan pajak yang digelontorkan pemerintah dan pelonggaran loan to value (LTV) yang diberikan Bank Indonesia (BI). Sebagai informasi, baru-baru ini Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melanjutkan kembali kebijakan relaksasi rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti maksimal 100%. Artinya, para calon pembeli properti memungkinkan untuk memperoleh down payment (DP) 0%, alias tak perlu bayar uang muka ketika memanfaatkan fasilitas kredit pemilikan rumah atau apartemen (KPR/KPA).
Baca Juga: Penyaluran Kredit Tahun Depan Diramal Masih Tumbuh Meski Resesi Menghantui PT Bank Tabungan Negara (BTN) salah satu yang berhasil mencatat pertumbuhan positif KPR yang utamanya ditopang oleh KPR subsidi. Sampai September 2022, Bank BTN telah menyalurkan KPR sekitar 147.000 unit dengan jumlah lebih dari Rp 27 triliun, yang terdiri dari KPR Subsidi lebih dari 116.000 unit rumah atau sekitar Rp 17 triliun Sedangkan KPR Non Subsidi lebih dari 30.000 unit rumah atau lebih dari Rp 10 triliun. Direktur Consumer Bank BTN Hirwandi Gafar menyatakan, realisasi KPR selama dua tahun terakhir ini terus menunjukkan tren kenaikan, dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2020 dimana pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan tajam pada jumlah realisasi KPR. Pada saat ini kata Hirwandi, permintaan KPR telah mulai pulih, realisasi baru (disbursment) pada tahun 2022 jauh di atas realisasi baru tahun 2021. Menurutnya, faktor pendorong realisasi KPR terutama karena aktivitas perekonomian yang telah bergerak kembali dan mulai pulih dari efek pandemi Covid-19. Selain itu, bergeraknya aktivitas ekonomi telah memulihkan kembali daya beli masyarakat, diantaranya daya beli masyarakat untuk membeli rumah melalui KPR. "Disamping itu, juga dikarenakan adanya kebijakan untuk mendorong sektor perumahan, seperti relaksasi LTV dan insentif PPN untuk pembelian rumah dan penurunan bobot risiko ATMR kredit/pembiayaan beragunan rumah tinggal," ujar Hirwandi kepada Kontan.co.id, Senin (24/10). Ia mengaku, Bank BTN menggunakan relaksasi LTV dan menawarkan DP hingga 0% ke nasabah dengan tetap mengelola risiko dengan baik, agar dapat meningkatkan penyaluran KPR yang termitigasi dan tidak memberatkan nasabah. Dengan perpanjangan relaksasi tersebut, di tahun depan, Bank BTN juga menargetkan kenaikan realisasi KPR, baik KPR Subsidi maupun KPR Non Subsidi, dengan tetap memperhatikan kondisi makro.
Baca Juga: Mau Beli Rumah? Ini Suku Bunga KPR BCA Terbaru Mulai Dari 3,85% Fixed "Kami menyambut gembira atas keputusan dari Bank Indonesia melanjutkan kebijakan relaksasi rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti maksimal 100% hingga akhir tahun depan. Dengan relaksasi tersebut, calon debitur dapat memiliki rumah melalui KPR dengan uang muka yang lebih ringan. Dimana, selama ini besarnya uang muka merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam pembelian rumah," imbuh Hirwandi. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI juga berhasil mencatatkan pertumbuhan KPR, yang hingga akhir September 2022 pencairan KPR BRI secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 10,84%. Sejak awal tahun 2022 hingga saat ini, BRI telah menyalurkan KPR senilai Rp 8,4 triliun kepada lebih dari 27.000 nasabah. Sekretaris perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengakui, faktor pendorong utama selain LTV 100% adalah adanya diskon PPn Dtp dan promo-promo menarik dari developer. Menurut Aestika, selama ini BRI menerapkan kebijakan LTV 100% atau program DP 0% untuk fasilitas kredit pertama dan kepada nasabah tertentu (payroll). "BRI menyambut baik kebijakan BI yang melanjutkan kebijakan relaksasi LTV, hal tersebut tentu meringankan masyarakat yang ingin mendapatkan hunian karena dengan LTV 100% maka biaya yang dikeluarkan calon nasabah pada saat awal KPR menjadi lebih ringan," ungkap Aestika. Dengan perpanjangan kebijakan relaksasi LTV, BRI optimistis tahun ini bisnis KPR mampu tumbuh 14% yoy. Hingga kuartal III tahun 2022, portofolio KPR PT Bank Central Asia (BCA) juga tumbuh 10,4% secara tahunan. Pencapaian ini disebut EVP Consumer Loan BCA Welly Yandoko, tidak lepas dari kebijakan pemerintah dalam mendukung bisnis properti dengan memberikan program insentif PPN ditanggung pemerintah yang berlaku sampai dengan bulan September 2022 ini serta masih berjalannya relaksasi ketentuan LTV. "Kami menyambut baik rencana ini, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kredit demi pemulihan ekonomi. Tentunya dalam pelaksanaannya bank tetap harus melakukannya secara bijaksana, memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik, antara lain mempertimbangkan kemampuan dan mengukur kesanggupan nasabah," jelas Welly. Welly mengakui DP yang ditawarkan oleh BCA hampir tidak ada yang 0%, terkait kebutuhan nasabah dan pengelolaan risiko, jadi pemberiannya sangat selektif. Menurutnya, pemberian kredit dengan DP 0% perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi semua pihak. Menurutnya, bank perlu memperhatikan beberapa aspek termasuk persyaratan bagi bank untuk memberikan DP 0%, dan harus punya mitigasi risiko yang baik. Sementara, nasabah perlu berhati-hati juga karena makin kecil DP, maka beban angsuran per bulan juga akan semakin besar. Jangan sampai hal ini malah merugikan nasabah.
Baca Juga: BI Perpanjang Relaksasi, Emiten Properti Kembali Berseri Di samping itu, pihaknya tengah melakukan penyusunan budget dan tetap berupaya agar KPR BCA bisa tetap tumbuh di tahun 2023, terutama untuk memenuhi komitmen perseroan dalam memberikan pembiayaan dan layanan yang baik bagi masyarakat untuk memiliki rumah. Sebagai informasi, saat ini BCA menyediakan berbagai variasi promo suku bunga KPR, antara lain bunga 3,85% fixed selama 3 tahun, yang berlaku sampai dengan 30 November 2022. BCA juga terus melakukan pengembangan KPR secara digital melalui pengajuan aplikasi secara online melalui e-form, simulasi angsuran, monitoring proses aplikasi KPR melalui e-tracking, dan lain-lain, yang di harapkan dapat meningkatkan layanan dan nilai tambah bagi nasabah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi