KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam masa pandemi Covid-19, hampir seluruh sektor tengah mengalami perlambatan. Hal ini pun sedikit banyak berdampak pada berkurangnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, tanpa terkecuali bank asing. PT Bank of India Indonesia Tbk misalnya, yang mencatatkan penurunan kredit sebesar 6,56% yoy menjadi Rp 1,85 triliun pada September 2021. Direktur Operasional Bank of India Indonesia Ferry Koswara mengungkapkan, secara umum penurunan tersebut tak lepas dari kondisi pandemi. Pada saat itu, perekonomian menurun sehingga kinerja bank ikut melambat.
"Di 2021 ini, banyak kredit yang dilunasi, itu bagus. Jadi banyak dari nasabah kita tidak menggunakan fasilitasnya, mengurangi fasilitasnya, mereka mengurangi kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnisnya, sehingga otomatis kredit pun berkurang," kata Ferry, dalam paparan publik, Kamis (9/12). Menurut Ferry, penurunan kredit juga berdampak pada aset perusahaan. Pada periode kuartal III-2021, aset turun 12,89% yoy menjadi Rp 3,31 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) juga turun 15,88% yoy menjadi Rp 2.064,69 miliar.
Baca Juga: Upaya menuju pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022 setelah diterpa pandemi "Secara otomatis kalau kredit berkurang, kami pun harus mengurangi DPK. Karena kalau DPK itukan cost bearing (biaya bantalan) kita, DPK harus kita turunkan kalau tidak maka kita rugi," terangnya. Oleh karena itu, bank milik Bank of India ini berupaya mengurangi portofolio dana mahal seperti deposito. Tak hanya itu, bank juga menurunkan tingkat suku bunga simpanan dari 7% menjadi di bawah 4% untuk mengurangi beban perusahaan. Kinerja kredit PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) juga turun 9,7% yoy menjadi Rp 98,79 triliun pada kuartal III-2021. Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria menjelaskan, penurunan penyaluran kredit tersebut sebagai dampak pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19. Khususnya penurunan kredit pada segmen global banking sebesar 6,0% dan kredit Community Financial Services (CFS) sebesar 11,5%. "Kredit CFS Non-ritel dan kredit CFS Ritel masing-masing turun sebesar 17,0% dan 5,5%," kata Taswin. Sebaliknya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) CFS-Ritel tumbuh 5,9% menjadi Rp 14,82 triliun pada sembilan bulan 2021. Secara kuartalan, KPR juga bertumbuh 2,8% dari Rp14,42 triliun di kuartal sebelumnya. Dengan realisasi itu, bank asal Malaysia ini optimistis kredit akan membaik tahun depan, seiring dengan meredanya kasus Covid-19 dan menggeliatnya dunia usaha. Hal itu akan turut mendorong pertumbuhan kredit karena kebutuhan operasioanl dan modal kerja naik. Tak berbeda, kredit PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) juga turun 2,2% yoy menjadi Rp 180,85 triliun pada kuartal III 2021. Padahal tahun sebelumnya, bank masih berhasil menyalurkan kredit Rp 176,95 triliun.
Baca Juga: Per Oktober 2021, piutang perusahaan pembiayaan masih terkontraksi 5,5% yoy PT Bank CIMB Niaga Tbk optimistis kinerja keuangan akan terus membaik di tahun mendatang. Direktur Strategy, Finance & SPAPM CIMB Niaga Lee Kai Kwong menyatakan optimis kredit di 2022 akan lebih kencang dibandingkan tahun ini seiring pemulihan ekonomi. “Meskipun kita mungkin tidak terlalu agresif pertumbuhannya. Saya percaya bahwa kita mungkin tumbuh pada kecepatan sekitar 5% sampai 5,5% tahun depan,” ujar Lee. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi