KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Era bunga tinggi yang belum berakhir, tidak menyurutkan optimisme perbankan dalam menggenjot laju kredit tahun ini. Pasalnya likuiditas bank masih dalam kondisi yang memadai untuk menyokong pertumbuhan kredit. Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk (BCA), bank swasta terbesar ini pada Kuartal I-2024 mencatatkan pertumbuhan kredit hingga 17,1% secara tahunan. Meski laju pertumbuhan kredit kencang pada periode tiga bulan pertama tahun 2024, namun
Loan to Deposit Rasio (LDR) BCA masih memadai di kisaran 70% -71%.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan perseroan akan berupaya untuk melanjutkan pertumbuhan positif tersebut hingga akhir tahun.
"Kami berkomitmen untuk mengelola likuiditas dan pencadangan kredit secara
prudent mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko," kata Hera kepada Kontan.
Baca Juga: BCA Salurkan KPR Baru Rp 7,3 Triliun Per Kuartal I-2024 Lebih lanjut terkait dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih tinggi, pihaknya menyebut BCA tetap akan mencermati kondisi bank dan kemampuan debitur. Di sisi lain dari kondisi terkait upaya menjaga likuiditas, Hera menyebut pihaknya mengupayakan pertumbuhan dana murah (CASA) serta dana pihak ketiga (DPK) agar tetap solid ke depan di berbagai
tier simpanan, sejalan dengan volume transaksi yang terus bertumbuh. Senada, PT Bank CIMB Niaga Tbk juga optimis bisa menggenjot pertumbuhan kreditnya hingga akhir tahun, sejalan dengan pertumbuhan DPK. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, saat ini kondisi kondisi keuangan perseroan dalam keadaan sehat untuk menyokong laju pertumbuhan kredit. "Secara
balance sheet sehat dengan rasio LDR sekitar 83,5%," kata dia kepada Kontan. Lani merinci, saat ini pertumbuhan DPK didominasi segmen dana murah (CASA) yang tumbuh sekitar 9,5% YoY. Sebelumnya pada Kuartal I-2024, dana murah CIMB Niaga tumbuh 8,9% YoY. Sementara untuk pertumbuhan kredit saat ini, Lani menyebut total kredit CIMB Niaga dapat tumbuh di angka 5,6% YoY, didominasi oleh segmen kredit Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tumbuh sekitar 10% YoY dan segmen kredit ritel khususnya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Konsumer. Pertumbuhan tersebut turut menambah insentif Likuiditas Makroprudential dari Bank Indonesia untuk CIMB Niaga. "Insentif dari KLM lumayan baik, karena segmen UKM yang tumbuh relatif baik," kata Lani kepada Kontan.
Baca Juga: Pembiayaan BSI Griya Naik 8,36% di April 2024, Bidik Generasi Muda Di sisi lain PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC), sebagai bank digital yang kerap dihubungkan dengan isu likuiditas, tetap optimis dalam mendorong pertumbuhan kreditnya tahun ini.
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan, likuiditas bukan menjadi masalah yang dihadapi BNC saat ini, mengingat nasabah BNC yang sebanyak 26 juta nasabah, masih mampu menjadi sumber dana yang akan menopang laju kredit BNC hingga akhir tahun. "Likuiditas tidak menjadi isu bagi BNC saat ini, karena nasabah kami paling banyak di bank digital, 26 juta, dan kami targetkan tahun ini bisa capai 28 juta nasabah," kata Aditya kepada Kontan. Adapun terkait kredit, Aditya menyebut pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit dapat di atas rata-rata pertumbuhan kredit industry perbankan. "Kami targetkan kredit bisa tumbuh di atas industri, sekitar 20% hingga akhir tahun," kata Aditya
Editor: Tendi Mahadi